بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Pengantar:
Allamah al Hafidz Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah (wafat 751 H) adalah salah seorang ulama murid utama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau bersama gurunya gigih dalam menda'wahkan sunnah yang mulia, yaitu diinul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam dan para shahabatnya. Dalam perjuangannya beliau sempat dipenjara. Butir-butir nasehat ini diambil dari karya beliau "Al Fawaa'id".
Allamah al Hafidz Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah (wafat 751 H) adalah salah seorang ulama murid utama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau bersama gurunya gigih dalam menda'wahkan sunnah yang mulia, yaitu diinul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam dan para shahabatnya. Dalam perjuangannya beliau sempat dipenjara. Butir-butir nasehat ini diambil dari karya beliau "Al Fawaa'id".
1. Barangsiapa yang tidak kerasan bersama Allah di tengah-tengah manusia dan betah dengan-Nya ketika sendirian dan sepi, maka ia seorang jujur yang lemah. Barangsiapa yang betah dengan-Nya di tengah-tengah manusia namun tidak kerasan saat sendirian, maka dia sakit. Barangsiapa yang tidak merasa betah dengan Allah disaat banyak orang dan di kala sendirian, berarti ia adalah bangkai yang harus disingkirkan. Dan, barangsiapa yang betah dan tenteram bersama Allah dikala sendirian dan ditengah-tengah orang banyak, maka dia adalah seorang jujur yang kuat dalam setiap keadaan.
2. "Lentera" hati yang bersih pada asal fitrahnya, bersinar sebelum datangnya syari'at yang "minyaknya" nyaris menyala sekalipun tidak disentuh api.
3. Dunia bagaikan seorang wanita pelacur. Dia selalu berganti-ganti pasangan. Ia menyambut semua pria supaya mereka menganggap dirinya orang baik yang tidak rela terhadap sikap ketidakadaan rasa cemburu terhadap keluarga.
4. Berenang di "sungai" dunia sama dengan berenang di kolam buaya.
5. Orang yang bersuka ria karena dunia, sebenarnya orang yang berduka cita. Kepedihan dan duka citanya lahir dari kenikmatannya, dan kesusahannya lahir dari kegembiraan dengannya.
6. Mata perangai melihat biji (isi), sedangkan maya akal melihat perangkap, dan mata hawa nafsu adalah buta.
7. Ketika orang-orang yang mendapat taufiq mengetahui nilai kehidupan dunia dan kecilnya kedudukan didalamnya, maka mereka membunuh nafsu keinginan terhadap dunia dalam rangka mencari kehidupan abadi.
8. Orang-orang yang beriman kepada yang ghaib berpaling dari hawa nafsu yang berhias diri dihadapan mata tabiat insani. Merekalah yang disebutkan didalam Al Qur'an:
"Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan merekalah
orang-orang yang beruntung" (QS Al Baqarah: 5)
Sedang mereka yang tergoda, terjebak pada gurun penyesalan. Kepada mereka dikatakan:
"Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (didunia dalam waktu) yang pendek,
sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa" (QS Al Mursalat: 46)
9. Bila akalmu keluar dari cengkeraman hawa nafsu, maka ia akan kembali berkuasa.
10. Bila datang pandangan tidak halal, maka ketahuilah sesungguhnya dia menyalakan api peperangan. Karenanya, gunakanlah selimut "ghadhul bashor" (menundukkan/menjaga pandangan, ed.) sesuai dengan perintah Allah berikut:
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya..." (QS An Nur : 30)
Dengannya, engkau pasti selamat darinya.
11. "Samudra" hawa nafsu jika tidak dibendung, ia akan menenggelamkanmu.
12. Andai ilmu bermanfaat tanpa amal, tentu Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mencela para pendeta ahli kitab, dan jika amal bermanfaat tanpa ikhlas, tentu Allah 'Azza wa Jalla tidak mencerca orang-orang munafik.
2. "Lentera" hati yang bersih pada asal fitrahnya, bersinar sebelum datangnya syari'at yang "minyaknya" nyaris menyala sekalipun tidak disentuh api.
3. Dunia bagaikan seorang wanita pelacur. Dia selalu berganti-ganti pasangan. Ia menyambut semua pria supaya mereka menganggap dirinya orang baik yang tidak rela terhadap sikap ketidakadaan rasa cemburu terhadap keluarga.
4. Berenang di "sungai" dunia sama dengan berenang di kolam buaya.
5. Orang yang bersuka ria karena dunia, sebenarnya orang yang berduka cita. Kepedihan dan duka citanya lahir dari kenikmatannya, dan kesusahannya lahir dari kegembiraan dengannya.
6. Mata perangai melihat biji (isi), sedangkan maya akal melihat perangkap, dan mata hawa nafsu adalah buta.
7. Ketika orang-orang yang mendapat taufiq mengetahui nilai kehidupan dunia dan kecilnya kedudukan didalamnya, maka mereka membunuh nafsu keinginan terhadap dunia dalam rangka mencari kehidupan abadi.
8. Orang-orang yang beriman kepada yang ghaib berpaling dari hawa nafsu yang berhias diri dihadapan mata tabiat insani. Merekalah yang disebutkan didalam Al Qur'an:
"Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan merekalah
orang-orang yang beruntung" (QS Al Baqarah: 5)
Sedang mereka yang tergoda, terjebak pada gurun penyesalan. Kepada mereka dikatakan:
"Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (didunia dalam waktu) yang pendek,
sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa" (QS Al Mursalat: 46)
9. Bila akalmu keluar dari cengkeraman hawa nafsu, maka ia akan kembali berkuasa.
10. Bila datang pandangan tidak halal, maka ketahuilah sesungguhnya dia menyalakan api peperangan. Karenanya, gunakanlah selimut "ghadhul bashor" (menundukkan/menjaga pandangan, ed.) sesuai dengan perintah Allah berikut:
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya..." (QS An Nur : 30)
Dengannya, engkau pasti selamat darinya.
11. "Samudra" hawa nafsu jika tidak dibendung, ia akan menenggelamkanmu.
12. Andai ilmu bermanfaat tanpa amal, tentu Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mencela para pendeta ahli kitab, dan jika amal bermanfaat tanpa ikhlas, tentu Allah 'Azza wa Jalla tidak mencerca orang-orang munafik.
subhanallah,,,, sangat mencerahkan,,,, slm kenal dr sy admin http://bisnisonlinetren.blogspot.com
BalasHapus..Tanks
BalasHapusAlhamdulillah,dpt menambah ilmu u/ bisa menjadi Hamba Allah yg lebih baik, Barokalloh.
BalasHapus