Maktabah Abu Salma al-Atsari
DUNIA LADANG BAGI AKHIRAT
Penyusun : Tim Departemen ‘Ilmi Darul Wathan Riyadh
Alih Bahasa : Abu Salma bin Burhan at-Tirnatiy
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
PENDAHULUAN
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam semesta, Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada penghulunya orang-orang yang zuhud dan imamnya para ahli ibadah. Amma ba’du : Sesungguhnya dunia adalah negeri persinggahan bukan negeri untuk menetap, dunia adalah tempat yang penuh dengan duka cita bukan tempat tinggal untuk bersuka cita. Maka sepatutnya bagi seorang mukmin menjadikan dunia sebagai bagian perjalanan, mempersiapkan bekal dan hartanya untuk menuju ke perjalanan yang pasti. (ke akhirat, pent.) Maka merupakan kebahagiaan bagi siapa yang menjadikan perjalanan ini bekal yang akan menyampaikannya ke keridhaan Allah Ta’ala, yang menghantarkannya kepada ganjaran surga-Nya dan kepada keselamatan dari neraka-Nya.
“Sesungguhnya dunia adalah jalan menuju Surga dan Neraka Malamnya adalah tempat perniagaan manusia dan hari-harinya adalah pasar.”
DEFINISI ZUHUD TERHADAP DUNIA
Banyak sekali perkataan-perkataan para Salaf di dalam mendefinisikan zuhud terhadap dunia, dan keseluruhannya berputar kepada ketiadaan hasrat kepada dunia dan kekosongan hati dari ketergantungan terhadap dunia.
Berkata Imam Ahmad :
“Zuhud terhadap dunia adalah pendek angan-angan”.
Berkata Abdul Wahid bin Zaid :
“Zuhud adalah terhadap dunia dan dirham”.
Al-Junaid ditanya mengenai zuhud, beliau berkata :
“Zuhud adalah menganggap dunia itu kecil dan menghilangkan bekasnya dari hati”.
Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani :
“Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang menyibukkanmu dari Allah”
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah :
“Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tak berfaidah bagi akhirat, wara’ adalah meninggalkan apa-apa yang membuatmu takut akan bahayanya terhadap akhirat. Ibnul Qayyim telah menganggapnya baik sekali pernyataan Syaikhul Islam ini”.
Berkata Ibnul Qayyim :
“Orang-orang bijaksana telah bersepakat bahwa zuhud adalah menyingkirnya hati dari negeri dunia, dan membawanya kepada negeri akhirat”.
Maka dimanakah gerangan para musafir yang hatinya tertambat kepada Allah? Dimanakah gerangan para pejalan yang hendak menuju ke tempat yang mulia dan derajat yang tinggi? Dimanakah gerangan para perindu surga dan penuntut akhirat?
ZUHUD DI DALAM Al-QUR’AN
Di antara ayat-ayat yang mendorong bersikap zuhud di dunia adalah :
Ayat Pertama :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (Al-Hadid 57 : 20)
Ayat kedua :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (Ali 'Imran 3 : 14)
Ayat ketiga :
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (Asy-Syuuraa 42 : 20)
Ayat keempat :
“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”. (An Nisaa’ 4 : 77)
Ayat kelima :
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Al A'laa 87 : 16-17)
HADITS-HADITS MENGENAI ZUHUD
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam kepada Ibnu 'Umar Radhiallahu :
“Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah orang yang asing dan seorang pengembara.” (HR. Bukhari). Turmudzi menambahkan dalam riwayatnya : “Dan persiapkanlah dirimu sebagai ahli kubur”.
Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Dunia adalah penjaranya seorang mukmin dan surganya orang kafir.” (HR Muslim).
Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam secara jelas tentang kerendahan dunia :
“Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan ibarat seseorang di antara kalian yang memasukkan jari-jemarinya ke dalam lautan samudera, maka lihatlah apa yang diperoleh darinya.” (HR Muslim).
Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Apakah urusanku dengan dunia ini, sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ibarat seorang pengembara yang sedang tidur di bawah naungan pohon pada hari yang panas, kemudian beristirahat lalu meninggalkannya.” (HR Turmudzi dan Ahmad dan haditsnya Shohih).
Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Seandainya dunia seberat sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberikan kepada orang kafir air minum sedikitpun.” (HR Turmudzi dan beliau menshahihkannya).
Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Zuhudlah engkau di dunia maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah engkau terhadap apa yang dimiliki manusia niscaya mereka mencintaimu.” (HR Ibnu Majah dan Albani menshohihkannya).
Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Kiamat telah dekat, dan tidaklah bertambah kecuali manusia semakin rakus terhadap dunia, dan tidak bertambah melainkan mereka semakin jauh dari Allah.” (HR Hakim dan Albani menghasankannya).
HAKIKAT ZUHUD TERHADAP DUNIA
Zuhud bukanlah duduk bersantai-santai di rumah dan menunggu sedekah, karena sesungguhnya amal, usaha dan mencari nafkah yang halal adalah ibadah yang akan mendekatkan seorang hamba kepada Allah, dengan syarat menjadikan dunia hanya pada kedua tangannya tidak menjadikannya di dalam hatinya. Jika dunia itu terletak di tangan hamba bukan di hatinya, sama menurut pandangannya baik ketika ia sejahtera maupun sengsara. Tidaklah ia bersuka cita dengan kesejahteraannya dan tidaklah pula ia berduka cita dengan kesengsaraannya.
Berkata Ibnul Qayyim dalam mensifati hakikat zuhud :
“Tidaklah yang dimaksud dengan zuhud adalah menolak dunia, seperti kekuasaan, adalah Sulaiman dan Dawud ‘alaihima salam adalah termasuk orang terzuhud pada masanya, namun mereka memiliki harta, kerajaan dan para istri”.
Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah manusia yang paling zuhud secara mutlak dan beliau memiliki sembilan istri.
Ali bin ‘Abi Tholib, Abdurahman bin ‘Auf, Zubair bin Awwam dan 'Utsman bin ‘Affan Radhiallahu‘anhum, walaupun termasuk orang-orang yang zuhud namun mereka adalah orang-orang yang berharta.
Adalah termasuk kebaikan apa yang dikatakan tentang zuhud, perkataan yang baik atau selainnya, yaitu tidaklah termasuk zuhud terhadap dunia dengan mengharamkan yang halal dan mengabaikan harta. Namun, zuhud adalah menjadikan apa-apa yang di tangan Allah lebih kau yakini daripada apa-apa yang ada pada tanganmu.
Datang seorang lelaki kepada Al-Hasan dan berkata : Aku punya tetangga yang tidak mau makan ‘Faludzaj’ (semacam pudding atau agar-agar, pent.). Berkata Hasan : Mengapa tidak mau? Orang itu menjawab : tetanggaku berkata, aku tak mampu memenuhi terima kasihnya. Berkata Hasan: Sesungguhnya tetanggamu itu jahil, apakah ia membalas terima kasihnya air yang dingin?!
URGENSI ZUHUD
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah : Tidaklah sempurna hasrat kepada akhirat kecuali dengan zuhud terhadap dunia. Lebih memuliakan dunia daripada akhirat akan berimplikasi kerusakan pada keimanannya, atau pada akalnya, atau bahkan pada kedua-duanya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam mengesampingkan dunia di belakang punggungnya, demikian pula sahabat-sahabatnya, mereka menjauhkan hatinya dari dunia, mereka memperingatkan darinya dan tidak condong kepadanya, memusuhinya laksana penjara baginya bukan sebagai surga. Mereka zuhud dengan sebenar-benarnya zuhud, walaupun mereka ingin meraih segala rupa yang dicintai dari dunia, dan mencapai segala hal yang disukainya. Akan tetapi mereka mengetahui bahwa dunia itu negeri duka cita bukan negeri suka cita, mereka mengetahui bahwa dunia itu laksana awan pada musim panas yang akan lenyap sedikit demi sekdikit, ibarat impian khayalan yang takkan menyempurnakan kunjungan hingga diizinkan baginya bepergian.
MACAM-MACAM ZUHUD
- Zuhud terhadap perkara yang haram, dan hukumnya adalah fardhu ‘ain.
- Zuhud terhadap syubuhat. Hukumnya menurut tingkatan kesyubuhatannya. Jika syubuhatnya kuat, maka hukumnya wajib dan jika syubuhatnya lemah, maka hukumnya mustahab/sunnah.
- Zuhud dalam hal keutamaan, yaitu zuhud terhadap apa-apa yang tak bermanfaat dari ucapan, pandangan, pertanyaan , pertemuan, ataupun lainnya.
- Zuhud terhadap manusia.
- Zuhud terhadap diri sendiri, dengan cara mempermudah dirinya dalam beribadah di jalan Allah.
- Zuhud terhadap perkara keseluruhan, yaitu zuhud terhadap perkara-perkara selain untuk Allah dan setiap perkara yang menyibukkanmu dari diri-Nya.
PERKATAAN SALAF TENTANG ZUHUD
Artinya : “Sesungguhnya dunia telah beralih ke belakang dan akhirat telah beralih ke hadapan, pada tiap-tiap keduanya terdapat anak-anaknya. Maka jadilah anak-anak akhirat dan jangan jadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah untuk beramal bukan hisab, dan esok adalah hari penghisaban bukan untuk amal. Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.”
Isa bin Maryam ‘alahi salam berkata :
“Berlalulah di dunia ini dan janganlah mendiaminya”
Beliau berkata lagi :
“Siapakah gerangan yang membangun kampung di atas gelombang lautan? Yang menghantam dunia maka janganlah kau jadikan tempat tinggalmu.”
Berkata Abdullah bin 'Aun :
“Sesungguhnya orang-orang sebelum kita dahulu menjadikan dunianya tidak lebih utama daripada akhirat, dan kalian menjadikan bagi akhirat kalian tidak lebih utama dari dunia kalian.”
Aku (penulis) berkata : Hal tersebut terjadi di zaman Abdullah bin 'Aun, adapun sekarang, sesungguhnya banyak manusia telah zuhud terhadap akhirat bahkan terhadap keutamaannya!!
SEBAB-SEBAB MEMPEROLEH ZUHUD
- Memandang dunia akan kesegeraan keberakhirannya, kefana’annya, kekurangannya, kehinaannya dan penuh sesaknya akan kesedihan, kesusahan dan kepayahan di dalamnya.
- Memandang akhirat akan kesejahteraannya, kedatangannya yang pasti, kelanggengannya, kekekalannya dan kemuliaan di dalamnya yang penuh kebaikan-kebaikan.
- Memperbanyak mengingat kematian dan negeri akhirat.
- Mengantarkan jenazah sembari memikirkan penderitaan orang tua kita dan saudara-saudara kita. Mereka tidak membawa sesuatu apapun ke kuburan-kuburan mereka dari harta dunia, dan tidaklah pula bermanfaat kecuali amal-amal sholeh mereka.
- Mencurakan segalanya demi akhirat, menetapinya dengan ketaatan kepada Allah dan mengisi waktu-waktunya dengan dzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an.
- Lebih mendahulukan maslahat-maslahat agama di atas maslahat-maslahat dunia.
- Berderma, berinfak dan memperbanyak sedekah.
- Meninggalkan majlisnya ahli dunia dan menyibukkan diri dengan majelis-majelis akhirat.
- Sederhana dalam makan, minum, tidur, tertawa dan bercanda.
- Menelaah kisah-kisah para zahidin terutama sirah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan para sahabatnya.
Izin share download
BalasHapus