Oleh : Abdul Aziz Ar-Ra’uuf
Mengungkapkan cinta? Wuih… buat sebagian orang, mungkin itu hal yang biasa, bahkan teramat biasa. Sana-sini tebar pesona, bagai Ramli si Raja Chatting atau Arjuna si Pencari Cinta. Emang, dahsyatnya ungkapan cinta kepada seseorang, jangankan ke gurun atau ke kutub, luasnya laut siapa takut. Setia menemani sang kekasih dalam samudra cinta, walaupun rakit hanya terbuat dari gedebong pisang yang diikat daun ilalang. Kayuhan tangan pecinta berlayarkan secarik hati yang telah menyatu, yakin menggapai cinta-Nya hingga ujung waktu.
Cinta… selalu mengharu-biru perasaan manusia. Cinta kadang tersaji dalam hidangan alunan nada menye-menye melankolik, namun cinta juga bagaikan mutiara yang dapat menjanjikan keamanan, ketentraman dan kedamaian. Duahsyaat nian!!! Karena itu, Syaikh Yusuf Al-Qardhawiy pun pernah menganalogikan cinta ibarat quwwah maghnathisiyyah (kekuatan gaya grafitasi), apabila kekuatan gaya grafitasi dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari saling bertumbukan, maka cintalah yang menjadi kekuatan penahan dari terjadinya benturan antar manusia yang menyebabkan terjadinya kehancuran.
Menunjukkan cinta kita kepada yang dicintai, sangatlah dianjurkan dalam Islam. Dalam suatu riwayat, Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam mengajarkan kepada kita untuk menunjukkan cinta secara zahir. Suatu ketika Abdullah bin Sarjas radhiyallahu’anhu berkata kepada beliau, “Aku mencintai Abu Dzar.” Tanya Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam, “Apa sudah kau kabarkan kepadanya?” “Belum,” lalu Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam memerintahkan agar ia memberitahukan kecintaannya itu kepada Abu Dzar. “Wahai Abu Dzar, aku mencintaimu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ucap Abdullah. “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintaimu, yang engkau cintai aku karena-Nya,” balas Abu Dzar.
Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam lalu bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi pahala bagi siapa yang mengatakan perkataan itu.”
Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam lalu bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi pahala bagi siapa yang mengatakan perkataan itu.”
Subhanallah… begitu besar imbalan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seseorang yang selalu menunjukkan cinta kepada saudaranya. Apalagi dengan membiasakan mendoakan saudaranya dari jauh, mengucapkan salam, berjabat tangan bila berjumpa, saling memberi hadiah, menziarahi bahkan dengan hanya seulas senyum termanis yang dimilikinya.
Kalo gitu sah-sah aja dong, mengatakan “Aku cinta padamu duhai ukhti,” kepada akhwat atau sebaliknya, ‘Akhi, aku mencintaimu,” idih… ini sih emang maunya! Gedubrak!!! Sah-sah aja sih, namun menurut Ustadz Bukhori Yusuf Lc, MA bisakah hati ini tulus menyatakan cinta itu hanya semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala? Menurut beliau lagi, seluruh sisi wanita adalah daya tarik bagi laki-laki, wuih…., karena itu dalam pandangan syar’i hal ini dapat menjadi suatu problema, dan belum pernah ditemukan dalam khazanah Salafus Shalih radhiallahuanhum. Wilayah sensitif banget nih, amannya sih emang gak perlu dinyatakan kecuali kalo udah suami istri, ehm…
Cinta sejati emang hanyalah pantas ditunjukkan pada Sang Pemilik Cinta, hinggalah jiwa-jiwa ini bersinar dengan cahaya iman yang mengaliri denyut nadi dan butiran darah untuk mematuhi gerak titah-Nya. Merekalah yang dengan cinta-Nya akan memancarkan nuruhum yas’a baina aidihim wa bi aimanihim (cahaya yang memancar di depan dan kanan mereka) hingga tercipta keindahan akhlak adzilatin ‘alal mukminina a’izatin ‘alal kafirin (lemah lembut kepada orang mu’min dan bersikap keras terhadap orang kafir).
Ya akhi wa ukhti fillah,
Tunjukkan selalu cintamu pada saudaramu, berikan senyum terindah, jabat erat tangannya, peluk dengan penuh cinta bagaikan cintanya seorang ibunda kepada ananda serta katakan, “Inniy uhibbuka fillahi ta’ala, aku mencintaimu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala,” dan balas cinta saudaramu dengan senyum bahagia, jabatan tangan yang tak kalah erat, raih pelukannya seraya mengatakan, “Uhibbukal ladzi ahbabtani lahuu, aku mencintaimu sebagaimana engkau mencintaiku karena-Nya.”
*Segarnya tetesan embun pagi / Biaskan indahnya sinar mentari
Angin yang semilir sejukkan hari / Gambarkan kuasa Illahi
Kuikuti jalannya hari / Kini kucoba tuk fahami dunia
Betapa mempesonanya alam / Terkuak misteri kehidupan
Andai semua seindah bintang / Menepis kegelapan
Menabur kasih antara kita / Terbingkai keihklasan
Warnai persaudaraan Islam
Bila malam telah menjelang / Kupandangi bintang kian benderang
Kurangkai sebait doa pada-Mu
Tunjukilah kami, luruskanlah kami dalam mengarungi kehidupan
( Dikutip dari lirik nasyid Nuansa Kehidupan-Nuansa)
Wallahua’lam bi showab.
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar