Oleh : Hariono Fadhil
Empat Kata yang merupakan tata tertib dalam hati alias sesuai dengan semua norma kehidupan, ternyata hal ini benar-benar dapat memperdalam rasa cinta dan sayang kita, terutama dalam kehidupan berumah tangga dan persahabatan, yaitu :
1. Berbalas salam,
“Assalamu‘alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh”, nikmatnya mendengar kata ini. Yang kemudian kita wajib membalasnya, “Wa ‘alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh”. Kita sudah tahu betapa indah arti do’a yang selalu ditebar kaum muslimin tersebut.
Subhanalloh, Telah bersabda Rasulullah shollallahu ’alaihi wa sallam: “Kalian tidak bakal masuk surga sebelum kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mengasihi satu sama lain. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara yang bila kalian kerjakan bakal menyebabkan kasih sayang di antara kalian? Sebarkan ucapan salam di antara kalian.” (HR Muslim)
2. Tak perlu malu mengatakan “Tolong…”,
Sekecil apa pun bentuk meminta pertolongan itu. Ibuku pernah berkata, “tolong tutup pintunya, sayang…”, dan Bapakku juga demikian, “nak… tolongin bapak donk, tolong dilap lantai bekas roda sepeda motor yang becek ya say…”,
Kurasakan perbedaan kalimat itu, jika kata “tolong” hilang, rasanya menjadi “suruhan yang kurang enak didengar”. Kebiasaan ini tidak pernah hilang, sekalipun beliau orang tuaku memberi tugas kepada pembantu atau bawahan di tempat kerja.
Namun jangan lupa, bahwa tolong-menolong harus berada dalam rel kebenaran. Allah Subhanahu wata'ala mengingatkan dalam ayat cinta-NYA QS. Al-Maidah : 2, “…Namun tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya”.
3. Terima Kasih
Dimanapun kita berada, ucapan terima kasih alias syukron, atau thanks atau gracias merupakan penghargaan tinggi buat orang yang telah memberikan pertolongan atau pelayanan tugasnya kepada kita. Contoh-contoh kecil saat berjual-beli, berada di antrian tiket kereta api, saat di kantor pos, di halte, di rumah sakit, dll. Si kecil pun riang sekali jika setelah merapikan susunan sepatunya atau kalau sudah membersihkan tempat tidurnya, dll, lalu kita ucapkan kata mujarab ini, “terima kasih cintaku…”, aduhai romantisnya hubungan anak dan orang tua, jadi terkenang masa kecil pula.
Bagi kita muslimin, ada pesan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang diberikan satu perbuatan kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan : jazaakallahu khair (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukur (terima kasihnya).” (HR. At-Tirmidzi ,2035).
4. Maaf
Setiap manusia memiliki celah, perbedaan persepsi, latar belakang yang berbeda, dan berbagai khilafiyah lainnya. Kalbu yang bersinar biasanya tak hanya mudah beristighfar dan menangis di hadapanNYA, melainkan juga memiliki kebiasaan meminta maaf dan memaafkan. Allah Subhanahu wata'ala memiliki sifatNya yang “Pemaaf” dalam empat makna; Al-Ghafuur, Al-Ghaffaar, Al-‘Afuuw dan At-Tawwab.
Meminta maaf dan memberikan maaf adalah ciri mukmin sejati, di dalam untaian ukhuwah yang tentu diridhoi Allah Subhanahu wata'ala. “…Tetapi hendaklah memberikan maaf dan pengertian sebaik-baiknya terhadap mereka(berlapang dada)! Apakah kamu tidak ingin mendapat ampunan dari Allah? Dan sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. An Nur: 22)
Dalam kegiatan sehari-hari, tentu kita merasa berbeda ketika mendengarkan kalimat-kalimat semisal ini, “ummi…maaf yah, tadi bekalnya belum habis, tak sempat dimakan semua saat istirahat di sekolah, sekarang akan kuhabiskan, kok…”, atau, “sayang, maaf yah…abang pulang kantor agak telat, sebab ada rapat mendadak sekitar satu jam…”, atau, “maaf yah nak, abi lupa membelikan buku pesananmu…”, atau jutaan kalimat lain, yang sebenarnya bagi sebagian orang ‘tidak perlu’, sebab sudah saling memaklumi internal keluarga atau sahabat dekat, sebagian juga sering berbuat pura-pura tak ingat akan kesalahannya, sehingga saat berjumpa, bersikap seperti tak terjadi apa-apa, sedangkan kita harus yakin bahwa lidah dan langkah ini tak menyakiti siapapun, termasuk orang-orang dan teman di sekitar kita.
Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yangberhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari)
Senada dengan itu, Abu Musa radhiyallahu’anhuma berkata, “Mereka (para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, Islam manakah yanglebih utama?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya.‘ (HR. Bukhari).
Semoga Allah Subhanahu wata'ala menambah keeratan rasa cinta dalam diri kita semua saat merajut untaian ukhuwah, dalam lingkungan keluarga, persahabatan, maupun bentuk muamalah lainnya, rasakan energi cintaNYA yang luar biasa saat kalian menerapkan empat kata ini dalam kehidupan sehari-hari.
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman& beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (QS.Al ‘Ashr: 1-3)
Wallohu a’lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar