Dari Ummul Mu’minin Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyuruhku agar beliau diruqyah dari ‘ain” (HR Bukhari)
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha diceritakan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat -di rumahnya- seorang gadis kecil yang di wajahnya terdapat bercak lebam. Kemudian beliau bersabda, “Mintalah ruqyah untuknya, karena dia terkena pandangan mata” (HR Bukhari)
Penjelasan hadist :
Di dalam kitab Fathul Baari, Ibnu Hajar mengatakan, ” ‘Ain adalah pandangan memuji disertai dengan rasa dengki dari orang yang memiliki tabiat buruk dan orang yang dipandang dengan pandangan tersebut mendapatkan sesuatu yang buruk. Dan hadist ini menganjurkan dilakukan ruqyah terhadap orang yang terkena sindrom ‘ain.”
Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadit -yang dinilai shahih oleh An-Nasa’i- dari Asma’ binti Umais, bahwasanya dia berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya anak Ja’far terkena penyakit ‘ain, apakah aku boleh meminta ruqyah untuk mereka?” Beliau menjawab : “Ya” Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Asma’, “Mengapa tubuh anak-anak saudaraku terlihat kurus? Apakah mereka mengalami kekurangan?” Dia menjawab: “Tidak, tetapi mereka terkena ‘ain.” “Ruqyahlah mereka” sahut beliau. Lalu aku menawarkan diri kepada beliau, dan beliau bersabda: “Ruqyahlah mereka”.
Dalam konteks ini, ada juga hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah radhiyallahu anha, dia berkata: “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh pelaku ‘ain untuk berwudhu, lalu orang yang terkena ‘ain (disuruh) mandi dengan (air bekas wudhu) itu.”
Bercak lebam yang dilihat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada wajah seorang gadis kecil di rumah Ummu Salamah itu berwarna hitam. Tapi menurut Al-Ashmu’iy berwarna merah kehitaman. Ada pendapat lain yang mengatakan berwarna kuning. Dan apa pula yang mengatakan berwarna hitam dengan campuran warna lain.
Dalam hal ini Ibnu Qutaibah mengatakan, itu adalah warna yang berbeda dengan warna wajah, dan semuanya berdekatan. Walhasil, di wajahnya terdapat satu lokasi yang warnanya berbeda dengan warna aslinya. (Fathul Baari, 10/199-202, Darul Makfirah)
disalin dari buku “Aku Tersanjung” oleh Muhammad Rasyid Al-Uwayyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar