Tampilkan postingan dengan label HADIST. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HADIST. Tampilkan semua postingan

Jumat

Hadits Sedekah Jika Tak Sampai Yang Dituju


 
 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 


وعن أبي يَزيدَ مَعْنِ بنِ يَزيدَ بنِ الأخنسِ ، وهو وأبوه وَجَدُّه صحابيُّون ، قَالَ : كَانَ أبي يَزيدُ أخْرَجَ دَنَانِيرَ يَتَصَدَّقُ بِهَا ، فَوَضعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ في الْمَسْجِدِ ، فَجِئْتُ فأَخذْتُها فَأَتَيْتُهُ بِهَا . فقالَ : واللهِ ، مَا إيَّاكَ أرَدْتُ ، فَخَاصَمْتُهُ إِلى رسولِ اللهِ ، فقَالَ : (( لكَ مَا نَوَيْتَ يَا يزيدُ ، ولَكَ ما أخَذْتَ يَا مَعْنُ )) رواهُ البخاريُّ
 

Kamis

Bekas Sujud, Tak Sekadar Tanda Kehitaman di Dahi




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


اَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ


Diriwayatkan dari Rabi'ah bin Ka'b bahwa ia berkata, "Aku menginap bersama Nabi Shalallahu alaihi wa sallam  dan membantu beliau untuk menyiapkan air wudhunya dan kebutuhan lainnya." Kemudian, Rasulullah bersabda, "Mintalah sesuatu kepadaku." Aku menjawab, "Aku mohon agar bisa menemanimu di surga." Beliau menjawab, "Bukan lainnya?" Aku berkata, "Hanya itu saja. Lalu, Nabi SAW bersabda, "Bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud." (HR Ahmad, Muslim, An Nasai, dan Abu Daud).

Rabu

BERLINDUNG DARI EMPAT PETAKA




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


اَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ



عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم : « كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَدُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ وَنَفْسٍ لَا تَشْبَعُ » (رواه النسائي )

 
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallohu anhuma bahwasanya Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam berlindung dari empat perkara: 1) Ilmu yang tidak bermanfaat, 2) Hati yang tidak khusyu’, 3) Doa yang tidak didengar, 4) Jiwa yang tidak kenyang . (HR. Nasaai)

Minggu

lelaki ahli SYURGA



Anas bin Malik bercerita, saat sedang duduk bersama sahabat, Rasulullah berkata, “Sebentar lagi, salah satu ahli surga akan muncul di hadapan kalian.” Tak lama, seorang laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu masih menetes dari janggutnya. Ia menenteng terompah di tangan kirinya.

Hari berikutnya, Rasulullah mengulang perkataannya dan orang itu kembali melintas seperti pada kali pertama. Di hari ketiga, Rasulullah mengulang perkataannya, dan kejadian itu kembali terulang.

Mendengar ucapan Rasulullah, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah lalu berkata kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?” lelaki itu menjawab, “Silahkan, dengan senang hati.”

Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari  apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?” lelaki itu menjawab, “Silahkan, dengan senang hati.”

Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari disini, aku tidak melihatmu mengerjakan amal yang membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai salah satu calon penghuni surga?”.

Lelaki itu menjawab, “Aku memang tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku seiman, lalu aku berusaha untuk memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada saudaraku.”

Setelah mendengar itu, Abdullah berkata, “Ya, itulah yang menyebabkan engkau disebut sebagai calon penghuni surga.”


Hadits ini diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad dan Nasa'i juga dalam Ihya Ulumuddin Al Ghazali, diriwayatkan juga oleh Al Bazzar dan dishahihkan oleh Al Iraqi sesuai syarat penshahihan Bukhari dan Muslim

BY : Ahmad Cahaya Imani

Kamis

Ramadhan bersama Rosulullah sholallohu alaihi wa sallam

Rasulullah shoallohu alaihi wa sallam melangkah naik ke mimbar.Baru memijak tangga pertama,spontan saja muncul dari mulut baginda ucapan 'aamiin'.Meletakkan kaki ke tangga ke dua,rasulullah ulangi lagi kalimah yang sama. dan 'aamiin' juga yang baginda lafazkan setelah berdiri di tangga yang berikutnya.




Perbuatan rasul itu terasa aneh dalam pandangan kaum muslimin yang ada di situ.Gerangan apakah yang mendorong rasulullah melafazkan ucapan "perkenankanlah" itu.Doa siapakah yang di aamiinkan baginda? semestinya permintaan kekasih Allah itu tiba terus ke hadirat Kekasihnya tanpa hijab dan tempoh.




Tidak mahu tersesat dalam selirat andaian dan teka-teki, sahabat pun bertanya kepada rasullulah sholallaohu alaihi wa sallam setelah baginda turun dari mimbar.




Rasul menjawab ,'Jibril muncul di hadapan ku dan berkata, ' celaka lah orang yang melalui bulan ramadhan yang diberkati tanpa memperoleh keampunan.' lalu aku mengaminkan ucapan Jibril itu.'Naik ke tangga kedua, Jibril berkata lagi, 'celakalah orang yang apabila disebutkan namamu,dia tidak bersholawat ke atasmu.' Lalu aku mengamin kan ucapan Jibril.Apabila aku melangkah ke tangga ke tiga, Jibrail berkata,'Celakalah orang yang semasa hidupnya,ibubapaknya atau salah seorang daripada mereka mencapai umur tua(dia gagal berkhidmat kepada mereka) menafikan dirinya memasuki syurga". Lalu aku menyebut aamiin'.






[sumber:iluvislam.com]






HUTANG PUASA..


"Wahai Rasullulah.." seorang wanita menyapa." ibuku telah meninggal dunia.sedangkan dia berhutang puasa sebualan.bagaimanakah itu?"
Baginda Rasullullah menjawab dengan sebaris persoalan, 'bagaimanakah pendapatmu, di andaikan ibumu ada berhutang dengan seseorang, adakah engkau akan membayarnya?"
"Sudah tentu, wahai rasullullah", balas wanita itu cepat."Hutang kepada Allah lebih patut di bayar", kata rasullulah sholallohu alaihi wa sallam.
Gesaan itu diteguhkan lagi dengan sepotong sabda," Siapa yang meninggal dunia sedangkan dia mempunyai hutang puasa,maka hendaklah di bayar oleh walinya (penjaga)." (Riwayat Muslim)
Khabarkan Hutang pada Penjaga kita, agar hutang itu tidak menyeksa kita di bilik enam kaki bawah tanah nanti..


Ya Allah, berikan daku keampunan hingga penghujung ramadahan hingga penghujung hayat sekalipun.. Ya Allah , izinkan agar daku tidak termasuk dalam golongan yang celaka itu.. Berilah daku petunjuk dan Hidayah.. Aamiin

Selasa

hadist hadist lemah yang populer di INDONESIA






Bismillahirrokhmanirrokhiim,...

Ada 3 hadits yang sangat populer yang berkaitan dengan puasa yang ternyata hadits-hadits tersebut lemah atau dha’if. Ini perlu diketahui dalam rangka membersihkan dienul Islam dari kesalahan pemahaman akibat tersebarnya hadits-hadits lemah tersebut. Terlebih lagi kita tentu tidak ingin terkena ancaman sebagai pendusta dengan mengatasnamakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam padahal bukan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Pengertian hadits secara istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam  baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, perangai maupun sifat jasad beliau shalallahu ‘alaihi wa salam. [1]

Pengertian ini sama dengan pengertian as-sunnah, khobar dan atsar. Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar, “Menurut ulama ahli hadits bahwa khobar itu sama dengan hadits dan ada yang mengatakan bahwa hadits adalah yang datangnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam  sedangkan khobar adalah yang datangnya dari selain beliau. Juga ada yang berpendapat bahwa semua hadits itu khobar namun tidak semua khobar itu hadits.” [2]

Adapun lemah dalam bahasa Arabnya الضَّعِيفُ yang secara bahasa berarti kebalikan dari kuat, baik tidak kuat secara fisik maupun maknawi. Dan yang dimaksud di sini adalah tidak kuat secara maknawi.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa hadits lemah adalah hadits yang tidak memiliki kriteria hadits shahih dan hasan. Atau dengan bahasa yang lebih bagus lagi bahwa hadits lemah adalah hadits yang tidak memiliki kriteria untuk bisa diterima. [3]
Berikut ketiga hadits lemah yang populer berkaitan tentang puasa:

صُوْمُوْاتَصِحُّوْا 
“Berpuasalah niscaya engkau akan sehat”
Lemah

Diriwayatkan oleh Thobroni dalam al Ausath 2/225, Abu Nu’aim dalam ath-Thib dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin Abi Dawud, telah mengabarkan kepada kami Zuhair bin Muhammad dari Suhail bin Abi Sholih dari bapaknya dari Abu Huroiroh secara marfu’.
Sisi cacatnya adalah Zuhair bin Muhammad, dia itu orang yang lemah.
Berkata Imam al-’Iroqi dalam Takhrij Ihya’: “Diriwayatkan oleh Thobroni dalam al-Ausath dan Abu Nu’aim dalam ath-Thibbun Nabawi dengan sanad lemah”.
Bahkan ash-Shoghoni dalam al-Maudhu’at agak berlebih-lebihan saat menyatakan bahwa ini adalah hadits palsu. [4]

الصَّاـِٕمُ فِي عِبَادَةٍ وَ اِنْ كَانَ رَاقِدًا عَلى فِرَاشِهِ
“Orang yang berpuasa senantiasa dalam ibadah meskipun sedang tidur di atas ranjangnya.”
Lemah

Diriwayatkan oleh Tammam 18/172 berkata: “Telah mengkabarkan kepada kami Yahya bin Abdillah bin Zajjaj berkata: ‘Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harun, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Abdurrohman dari Hasyim bin Abu Huroiroh al-Homsi dari Hisyam bin Hassan dari Ibnu Sirin dari Salman bin Amir adh-Dhobbi secara marfu’”.
Sisi cacat hadits ini adalah adanya beberapa orang yang tidak dikenal, yaitu Yahya az Zajjaj dan Muhammad bin Harun.
Barangkali yang shohih, lafadz ini adalah ucapan Abul ‘Aliyah sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Imam Ahmad dalam Zawa’id Zuhd hlm.303 dengan tambahan lafadz: “Selagi tidak mnggunjing orang lain”. [5]

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ،وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Ya Alloh, untuk-Mu lah saya berpuasa dan atas rezeki-Mu lah saya berbuka.”
Lemah

Diriwayatkan oleh Abu Dawud:2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah: 9744, Ibnu Sunni: 479 dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman: 3902 dari Mu’adz bin Zahroh bahwasanya sampai kepada dia bahwasanya Rosululloh apabila berbuka beliau berdo’a: -dengan do’a diatas-
Sisi cacat hadits ini dari tiga sisi:
Pertama: Majhulnya Mu’adz bin Zahroh.
Kedua: Dia itu seorang tabi’in yang langsung meriwayatkan dari Rosululloh, maka haditsnya mursal dho’if.
Ketiga: Sanad hadits ini mudhthorib.
Oleh karena itu dilemahkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dan al-Albani. [6]
Berkata Abu Yusuf: “Do’a buka puasa yang shohih adalah:

ذَهَبَ الظَّمَأُوَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَاللَّهُ

“Telah hilang rasa haus dan telah basah kerongkongan serta tetaplah pahala insya Alloh. [7]
***
Rujukan:
Hadits Lemah dan Palsu yang Populer di Indonesia, Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Pustaka al-Furqon
[1] Lihat Taisir Mustholah Hadits oleh Syaikh Mahmud ath-Thohan hlm. 14
[2] Lihat Nuzhatun Nazhor ma’a Nukat oleh al-Hafizh Ibnu Hajar hlm. 52
[3] Lihat Muqadimah Ibnu Sholah hlm. 37, Tadribur Rowi oleh Imam as-Suyuthi 1/179, Ikhtishor Ulum Hadits oleh Imam Ibnu Katsir hlm. 44. Taudhihul Afkar oleh Imam ash-Shon’ani hlm. 1/247
[4] Lihat adh-Dho’ifah: 253
[5] Lihat adh-Dho’ifah: 653
[6] Lihat takhrij Adzkar hlm: 367, Irwa’: 919
[7] HR. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad shohih. Lihat Irwa’: 920, Shohih Jami’ no. 4678

Sabtu

Berbahagialah saudaraku yang benar-benar meneguhkan sunnah nabimu. . . !



اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ. و فى رواية، فَقَالَ: اَلَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ مَا اَمَاتَ النَّاسُ مِنْ سُنَّتِى. مسلم و ابن ماجه و الطبرانى

“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing“. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing), beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]


Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata : Ya Rasulullah, seakan-akan i...ni merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ (Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ
مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ"Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang taat (Islam) itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir) ?. Atau adakah kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan?"
[QS. Al-Qalam : 35 - 36]

sumber : http://buyungjofi.blogspot.com/

" resent post "