Tampilkan postingan dengan label SAHABAT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SAHABAT. Tampilkan semua postingan

Jumat

Seni menata Hati dalam Bergaul




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


اَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْماتُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ

oleh : K.H. Abdullah Gymnastiar

Pergaulan yg asli adl pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yg penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yg bernilai rendah tak akan pernah langgeng dan cenderung menjadi masalah.

kebaikan yang MENGINTIP




mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang
akan menarik keluar yang terbaik dari mereka

berbagi senyum kecil dan pujian sederhana
mungkin saja mengalirkan ruh baru pada jiwa yang nyaris putus asa
atau membuat sekeping hati kembali percaya
bahwa dia berhak dan layak untuk berbuat baik


Rabu

Dalam dekapan Ukhuwah




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ
 
 
Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah. Jadilah ia persaudaraan kita; sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, sekokoh janji.. Dalam dekapan ukhuwah.


Minggu

ilmu copas




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمَ

 أسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ


Sahabat dunia maya ku  , semoga senantiasa  dalam limpahan   Rahmat & kasih sayang  Allah subhanahu wata’ala.  aamiin 

Sahabat kita ada di sini untuk  bersilaturahim dan tentunya untuk  saling   berbagi ,… karena kita berbeda kita perlu berbagi bila sama tentunya tidak perlu berbagi  lagi kan ,… hehehe  

Sahabat tiada yang salah dengan perbedaan
dan segala yang kita punya
yang salah hanyalah sudut pandang kita.. 

Sahabat ku ,… kita adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk berempati, kemampuan untuk berbagi, kemampuan untuk memberi dan kemampuan untuk berterimakasih. Kita memang tak punya apapun untuk dimiliki, tapi tak ada alasan yang membuat seorang manusia berkata ”Aku tak punya apapun untuk di bagi”, karena kita punya hati, akal dan budi. Jika tak ada harta yang bisa kau beri, berilah ilmumu, jika belum banyak ilmu yang bisa kau tularkan, berilah tenagamu, jika tak cukup banyak tenaga yang bisa kau bagi, berilah kata-kata indahmu untuk menghibur dan menyemangati, jika kata-kata pun kau tak mampu, berilah senyum dan doa tulusmu, dan berikan semua itu dengan cinta dan keikhlasanmu.

Jumat

Indahnya berbagi dalam dekapan ukhuwah


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


اسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَتُهُ

Sahabat , ... "membaca itu memupuk ilmu , menulis itu menumbuhkan ilmu , menyampaikan (memberikan /mengajar) itu menyemaikan ilmu ,tidak kah kita suka berladang ilmu ?" dan duhai sahabatku , semoga bersama silaturohim kita lewat dunia maya ini kita bisa berbagi dan memetik ilmu .Allohuma aamiin


“Tidak ada kebanggaan kecuali bagi ahlul ilmi (orang-orang yang berilmu) karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk bagi orang yang meminta dalil-dalilnya dan derajat setiap orang itu sesuai dengan kebaikannya (dalam masalah ilmu) sedangkan orang-orang yang bodoh adalah musuh bagi ahlul ilmi.”

Selasa

Akhlaq & Pergaulan




Adab Adab Berbicara

1.Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS 4/114, dan QS 23/3), dalam hadits nabi Shalallahu alaihi wa sallam disebutkan:

“Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)


2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah ra:

“Bahwasanya perkataan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)


Senin

Maa wadda ‘aka rabbuka wamaa qalaa




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


اَسَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ


wahai para sahabat…
Ujian apakah yang sedang melanda dirimu saat ini.? Yang engkau ‘balut’ dengan senyuman.? Dan jika engkau sudah tidak kuasa menahan… Kau curahkan kepada orang- orang terpercaya… Atau melalui berbagai sarana dan media.?
 

Rabu

Jangan Asal nge-Bom Bung !.. Tidak Semua Kafir Halal Dibunuh !



PENTING untuk kita ketahui dan ilmui bahwa orang kafir dalam syari’at Islam terbagi empat :
Pertama : Kafir dzimmy, yaitu orang kafir yang membayar jizyah (upeti) yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin. Kafir seperti ini tidak boleh dibunuh selama ia masih menaati peraturan-peraturan yang dikenakan kepada mereka.

Banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut diantaranya firman Allah Al-‘Azîz Al-Hakîm :

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan shôgirun (hina, rendah, patuh)”. (QS. At-Taubah : 29).


Minggu

sebab MEKAR MU hanya SEKALI



Tiba-tiba lelaki yang ku kenal baik berubah menjadi buas, aku pun tak berdaya untuk melawan dan… akhirnya kesucianku terenggut.!!!”
Begitu kutipan dan penggalan pengalaman, sebut saja Bunga, yang hancur masa depannya seoerti dilansir sebuah harian ibukota. Sedih, pastinya begitu. Betapa tidak, kesucian yang dijaga sejak lama yang hanya akan dipersembahkan kepada lelaki yang sudah sah sebagai suami, kini pecah dalam beberapa saat.
Bunga tak sendiri. Masih banyak Bunga-Bunga lain yang ‘madunya sudah dihisap oleh kumbang jantan’. Ada yang frustasi, tak sedikit pula yang ‘menjual’ diri karena kecewa dengan perlakuan pacar yang tak bertanggung jawab. Seperti yang dialami oleh Kembang (21), sebut saja begitu, seorang mahasiswi di kota kembang yang menjadi pramunikmat di sebuah diskotik. Dara yang berasal dari keluarga berada ini mengaku memberikan kegadisannya kepada lelaki yang ia anggap baik dan berjanji menikahinya. “Karena aku sangat mencintainya, akupun memberikan ‘segalanya’ pada dia, karena janjinya akan menikahiku”, ungkapnya getir.
Tapi apa yang terjadi? Lanjutnya gusar, “Empat tahun hubunganku dengannya sia-sia saja. Apalagi saat kukatakan padanya, bahwa aku tengah ‘berbadan’ dua, dia pun tak peduli bahkan menyuruhku menggugurkannya. Aku pun menurutinya.” Inikah namanya cinta?
Survei Membuktikan
Sebuah penelitian yang sempat menyentak semua kalangan, dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Pusat Pelatihan Bisnis dan humaniora (LSC Pusbih). Hasilnya, hampir 97,5% mahasiswi di Yogyakarta sudah kehilangan keperawanannya. Yang lebih mengenaskan lagi, ternyata semua responden mengaku melakukan hubungan seks di luar nikah tanpa paksaan alias dilakukan suka sama suka. Nah lho…!
Kita sudah berkali-kali dikejutkan dengan hasil penelitian serupa. Mulai dari penelitian ‘kumpul kebo’ tahun 1984 yang lalu, hingga penelitian sejenis yang banyak dilakukan di berbagai kota di Indonesia. Hasilnya, membuat kita mengelus dada… betapa rusaknya generasi muda sekarang.
Kenapa Terjadi?
Seperti seloroh orang yang pernah menjadi nomor satu di negeri ini, ‘dari mata turun ke hati, dari hati turun ke celana’ sungguh sangat mengenaskan dan benar-benar terjadi. Isyarat mata yang penuh makna mendapat sambutan hangat, saling sapa dan berbincang, berlanjut hingga hati menjadi ‘klik’. Berpisah membuat makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Di benak yang terbayang hanya si dia, lagi-lagi si dia.
Pertemuan pun berulang kembali dalam tahap mengungkap rasa, ‘nembak’, begitu istilah gaul kawula muda sekarang. Bahagia rasanya bagi sang dara karena yang ditunggu tibalah saatnya, diapun mengangguk setuju untuk ‘jalan bareng’ dalam suka dan duka. Ada rindu menggebu bila tak bertemu, ada cinta yang bersemayam dalam dada. Bila bersua ada kasih yang terukir dalam diri untuk pujaan hati…
Sudah bisa ditebak, seperti sebuah iklan, kesan pertama begitu menggoda selanjutnya penuh dosa… pegangan bahkan sampai dengan hal yang belum patut untuk dilakukan seperti pengakuan Bunga dan Kembang tadi. Bisa sudah pacaran, istilah gaul jalan bareng, hampa tanpa pegangan, dan maaf… selanjutnya anda pun sudah bisa menebaknya, karena tak pantas kami ungkapkan.
Islam telah mewanti-wanti agar tidak mendekati zina. Norma yang bersifat pencegahan ini lebih efektif dalam menjaga hal-hal yang tidak baik. Menundukkan pandangan, istilah anak ta’lim ghadul bashar adalah permulaan yang sangat bagus. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…” (QS. an-Nuur : 31)
Memandang pun dilarang, apalagi lebih dari itu. Apakah ada orang yang berpacaran menjaga pandangan? Apakah ada orang yang berpacaran tanpa jalan bareng dan berdua-duaan di tempat yang sepi? Laki-laki mana yang mau pacaran tanpa pegang sana – pegang sini?
Ketahuilah wahai adikku, jika kalian mencintai laki-laki dengan jalan yang salah, maka akhirnya pun akan salah, menyesal. Laki-laki seperti itu sebenarnya tidak serius dalam menjalin kasih denganmu. Jika memang serius, tentu ia akan masuk lewat pintu resmi sebagaimana yang diajarkan oleh agama kita. Tak mengenal pacaran apalagi jalan bareng. Kebanyakan mereka mengaku pacaran hanya untuk having fun, maka jangan heran bila meninggalkanmu begitu saja setelah ‘madu’ dihisap dan mencampakkan dirimu begitu saja.
Laki-laki, apalagi pada zaman sekarang, berpikir seribu kali –sekali lagi-, seribu kali untuk memilih pendamping hidup yang tidak perawan dan mana mau menikah dengan wanita yang sudah ‘turun mesin’, istilah gaul anak lelaki sekarang.
Sementara sekarang sudah banyak remaja putri kehilangan, minimal harga diri. Kalaupun keperawanan masih utuh, yang lain? Karena itu, jagalah harga dirimu, karena mekarmu hanya sekali…!!! (Andita SB)

http://gugundesign.wordpress.com/2008/04/11/sebab-mekarmu-hanya-sekali/

RAJUTAN INDAH dalam Ukhuwah




"ada rajutan indah yang terbungkus apik dalam bingkai kehidupan ini.Ada sunggingan senyum penuh bahagia yang nampak merona diantara ukhuwah ini".

Inilah hamparan taman bunga kerinduan yang melukiskan sebait cinta dalam terjalinnya ukhuwah ini.Ada masa haru dan canda saat kami mulai menjelajahi setiap sisi perbincangan dibalik sudut kehidupan ini.Ada masa penuh rindu yang terbentang luas disetiap jalinan ukhuwah yang terikat.Dalam untaian kalimat yang terkapar,ukhuwah ini begitu indah terasa.Surut langkah berjalan seakan tak henti ingin bertemu dengan para pejalin ukhuwah.

... "Merekalah mentari yang tampak merona dikala senja telah hadir,dikala duka telah mendekap dan dikala denting waktu berjalan menghampiri yg semakin dekat dan terus singgah dalam kehidupan".




Jika hati dapat berucap jelas,ingin rasanya merajut kalimat sederhana dari tuangan kasih yang belum terselesaikan ini.Ketahuilah sungguh aku menyayangimu wahai saudariku..Subhanallah walhamdulillah dalam tahap pertama tak ada semburat luka yang tersaji dalam setiap kepingan kisah.Jika dapat terlukiskan aku tak mampu membendung kerinduan yang sudah lama melekat ini.Dari jajakan pendapat hati yang bermuara pada aura malam kutepikan segala cinta dan kasih yang kembali terapung dalam sekian titik embun pagi.
Saudariku ketahuilah,inilah deretan kalimatku tentang indahnya ukhuwah yang telah terjalin.Ini untaian deru malam yang terlahir dari hati seorang hamba yang kerdil.Kami pun tak berharap lebih dari ukhuwah ini hanya saja ada rasa yang membuat kami ingin menjalin silaturrahmi denganmu.
*ketika untaian ukhuwah ini menggema*
Masih menjelajahi betapa indahnya semua ini.Lidahpun serasa tak mampu dibekukan kembali sehingga ada obrolan-obrolan manis penuh canda diantara bait-bait kisah ini.kadang bahkan sering,ada obrolan kasih tiada tanding yang terucap ketika lidah mulai beraksi.Ikhwah fillah izinkan kami untuk memaparkan lebih lanjut tentang beberapa masalah yang sering terkait dalam ukhuwah ini.Begitu pun kami berharap jika masalah ini tak secara berlebihan terungkap sehingga kami pun merasakan ada kesalahan dalam setiap lisan yang terucap.

"inilah pernyataan lisan tentang obrolan manis ketika ukhuwah telah terajut.Ada kala ia dapat menghujam hati dan bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena lisan.

Saudariku,lisan inilah yang akan menggemparkan benih-benih suci yang telah tertanam di sekian hati para khalifah.Lisan inilah yang memisahkan ukhuwah panjang yang telah lama hadir di hidup.Ia mampu merobek jantung secara perlahan sehingga tercipta kata"pisah"dalam hubungan kami,denganmu.Bahkan lisan inilah yang mampu membuat muslimah terlihat "tak layak"ketika menggunakan kelembutannya dengan kalimat yang tak pantas diucapkan.Tak dapat kami pungkiri jika bahasa yang dipergunakan kadang mampu menusuk hati dan membiarkan sekujur raga menahan sakit.Masya Allah..bahkan ada beribu keluhan yang mereka tampilkan dalam mengawali ukhuwah ini sehingga ada simpati yang tertanam pada salah satu pihak.
Saudariku yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wata'ala mari kita mencoba mereguk indahnya ukhuwah ini dengan lisan yang terjaga tanpa harus ada kata yang dapat menyinggung dari rajutan paragraf ini.Dan dengarlah ketika ukhuwah ini menggema menjadi lisan yang tak selayaknya,cobalah balut ia dengan untaian yang mampu menjadikan kita muslimah yang sebenarnya.Kami pun tak berharap ada sandiwara yang sengaja hadir di antara hal ini.Kami pun tak ingin jika ada kata-kata pahit yang mendera di hati saudari sekalian.Dan dengarlah...

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dan pada perkara yang sama,lisan akan memberikan ta’bir (mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya.
Bahkan lebih parah,jika lisan digunakan untuk memancing perdebatan atau bentuk "negatif"lainnya..
"Abu Hatim rahimahullahu: “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”
Maka carilah lisan yang terlantun indah dalam ukhuwah ini..
Mu’arrifh Al-‘Ijli rahimahullahu: “Ada satu hal yang aku terus mencarinya semenjak 10 tahun dan aku tidak berhenti untuk mencarinya.” Seseorang bertanya kepadanya: “Apakah itu wahai Abu Al-Mu’tamir?” Mua’arrif menjawab: “Diam dari segala hal yang tidak berfaidah bagiku.”
(Lihat Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhamad bin Hibban Al-Busti, hal. 37-42)

Inilah akhir ukhuwah yang indah jika mampu mengontrol lisan yang telah di pinang.Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.Masya Allah..maka dari itu penulis pun sadar akan untaian yang telah dirajutnya.Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Jazahumullah khair al-jaza' wa zadahum min fadhlihi warohmatihi...

^Katabahu Al-Faqir ilalloh 'Azza wa Jalla^


Rabu

Hati yang lembut senantiasa bertabayyun



Ketika ada temanmu berbuat salah apa yang akan kau lakukan?
Ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi :
Engkau menasihatinya bahwa dia salah, seharusnya yang benar begini.
Engkau mendiamkannya namun hubungan diantara kalian masih  terjalin baik.
Engkau mendiamkannya, lalu menjauhinya.
***
Bagaimanakah seharusnya??
Memang tidak semua orang bisa kita paksakan untuk bisa jadi teman baik kita.
Namun jika dia berbuat salah lalu tanpa TABAYYUN dan nasihat sedikitpun kamu jadi membencinya lalu kamu menjauhinya maka tanyakanlah pada hatimu sendiri.
Adakah dalam hatimu ada penyakit ?
Sehingga membuat hatimu tak lagi bening ?
Dan kau ikuti hawa nafsumu untuk menjauhinya tanpa sedikitpun ada TABAYYUN …
Dia tak pernah tahu dimana letak kesalahannya atau bahkan sebenarnya dia tak bersalah, namun kau berlalu dengan mudahnya dengan sebuah alasan sebagai kedok hawa nafsumu…
Beginikah buah dari hati yang lembut dan penuh kasih sayang?
Namun jangan pula kamu bersikap lemah dengan mendukungnya dengan cara membiarkannya terjerumus dalam kesalahan dan mendiamkannya, apakah ini bentuk rasa kasih sayang itu?
*manusia tak ada yang sama, kulit dan isi kadang berbeda, lisan dan hati kadang tak sama…itulah manusia…
Allohul Musta’an

Selasa

buatmu mujahidah




Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh..

Bagaimanakah keadaanmu di bumi Allah ini ?
Pasti ia tak semanis madu ,.Jua tak sepahit hempedu

♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥

Namun...
Sering juga mencabar imanmu!
Duhai temanku yang dikasihi Allah...
Sebelum kau titiskan air matamu
Ingin sekali ku berkongsi denganmu
Kalimah dan azimat suci Buat panduan diri
Hadiah dari ibu tercinta
Demi anaknya yang kini sedang berjuang Gapai kebahagiaan duniawi

.•*´¨`*•♥♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥♥•*´¨`*•.


Dan ukhrawi...!
Duhai temanku yang dirahmati Allah...
Pesan ibuku...
Janganlah dikau meratap dan mengeluh
Andai kau ditimpa sesuatu musibah
Ucaplah Masya Allah...!
Innalillahi wainna ilaihi raji'un...
dariNya kita datang dan kepadaNya jua kita kembali
kenapa harus sedih dan berputus asa

♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥

ingatlah teman!
Tidak tercapai tahap imanmu
Sebelum diuji Allah
Kerana ujian Allah itu
Tanda kasihNya pada kita
yang sering alpa mengingatiNya
yang sedang enak melakukan dosa
yang kian asyik mengumpul daki dunia
seolah kita hidup untuk selamanya...
Duhai temanku yang dicintai Allah
♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥

Azimat ibuku...
Sebelum kau keluhkan nasib malangmu
Kenangkanlah semula nikmatNya yang tak terhingga
Dimana syukur kita sewaktu kita gembira
Dimana syukur kita di masa kita bahagia
Dimana syukur kita di saat kita ketawa
♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥

Dimana syukur itu?
Alhamdulillah Ya Allah...
Alhamdulillah Ya Rabbi...
Kerana Mu aku masih nikmati rahmatMu!
Kerana nikmat mataMu ku lihat
Segarnya alamMu...
Kerana nikmat telingaMu ku dengar
Merdunya siulan beburung
Kerana nikmat hidungMu kuhiruf Wewangian madu bunga

♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥

Ya ALLOH...
Tak terhitung nikmat yang Kau kurniakan untukku
Duhai temanku yang diingati Allah
Pesan ibuku lagi...
Musibah itu penghapus dosa
Jika kita bersabar dengannya
Jernihlah hati kita dari noda hitam
Jika kita tenang menerimanya
Tingkatlah tahap ketaqwaan kita
Janganlah kau tolak satu dugaanNya dengan keputus-asaanmu
Setelah sepuluh nikmatNya kau terima tanpa berterima kasih!
¨`*•♥♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥♥•*´


Ingatlah sahabatku!
Kerana sayangku padamu
Ku nukilkan ikhlas buatmu
Demi kasihku padamu
Ku tak redha melihatmu mengalirkan airmata
kekesalan atas apa yang menimpamu
Atas keikhlasanku padamu
Ku tak sanggup menyaksikan hidupmu
di dalam kemurkaanNya yang Maha dahsyat

♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥

Dan...
Kerana nama saudara Islamku
Ku ingin melihatmu menjadi muslimah solehah yang budiman!
Kerana itulah harta yang amat berharga disisiNya
Insya Allah...Hasbunalloh wani'mal wakil......


Salam Ukhuwah Fiilah . . .


♥•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*♥* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•♥
♥•* Mujahidah never Day "bening embun pagi"*•♥
.•*˜˜*•.. ˜”*°•.˜”*°••°*”˜.•°*”˜ .•*˜˜*•



by :http://akhwat-berbagi.blogspot.com

meraih syurga dengan silaturrokhiim



Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam  bersabda,

“Ada seorang laki-laki bersilaturahim ke saudaranya yang tinggal di desa lain, maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menemuinya. Tatkala bertemu dengan lelaki tersebut maka malaikat bertanya, “Hendak kemanakah saudara?” Lelaki tersebut menjawab, “Saya ingin bersilaturahim ke saudaraku di desa ini.” Malaikat kembali bertanya, “Apakah kamu menziarahinya karena ada sesuatu kenikmatan yang akan engkau raih?“ Lelaki tersebut menjawab, “Tidak, saya melakukan silaturahim ini semata-mata kecintaan saya terhadapnya karena Allah.” Malaikat kemudian berkata, “ Sesungguhnya saya diutus Allah untuk menemui kamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.”

(HR. Muslim).


Sahabat, kehidupan ini merupakan aktivitas sosial yang harus dilakoni oleh setiap manusia karena ia merupakan makhluk sosial yang sangat bergantung terhadap sesama. Kehidupan ini akan sukses bilamana antar individu saling menghormati, menghargai, harmonis, dan bersaudara.

  • Sebaliknya, ia akan gagal bilamana antar individu saling cekcok, buruk sangka, dan egois. Di sinilah perlu adanya perekat jika timbul ketidakharmonisan atau terjadi percekcokan dalam hubungan antara sesama manusia.

Maka, harus dilakukan suatu usaha untuk menentramkan kembali ikatan persaudaraan dengan melakukan silaturahim. Sekilas, silaturahmi merupakan hal yang sepele namun bila kita mau mengkaji dan mentadaburi ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta'ala  dan sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam maka kita dapatkan keutamaan dan keistimewaan yang membangkitkan semangat salafunas-shaleh (generasi sebelum kita) untuk berlomba-lomba menerapkannya.

  • Dalam salah satu perintah-Nya, Allah SWT berfirman, “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” (QS. An-Nisaa'[4]:1).


  • Dan pada ayat lainnya Allah menguatkan, “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS. Ar-Ra'd [13]:21).


Bahkan Rasulullah SAW menandaskan bahwa hanya orang-orang yang beriman kepada Allah SWT  dan hari akherat yang paling gigih menerapkannya. Dari Abu Hurairah ra sesungguhnya Rasulullah SAW  bersabda “… barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akherat maka lakukanlah silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalil di atas merupakan landasan syar’i akan perlunya silaturahim antar anggota masyarakat bahkan perintah yang semestinya kita terapkan. Dan bila kita kembali mengkaji dan mentadaburi pedoman hidup kita (Al Qur`an dan As Sunah), maka Allah dan Rasul-Nya tidak semata memerintahkan umatnya untuk menerapkan perintahnya tanpa memberi tahu keutamaan pelaksanaannya dan ancaman meninggalkan atau memutus hubungan silaturahmi.





Keutamaan silaturahmi

Diantara keutamaan yang akan diraih oleh orang yang selalu melakukan silahturahmi :

1. Akan diluaskan rizkinya. Rasulullah SAW  bersabda, “ Barang siapa yang suka diluaskan rizki dan  dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”  (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

2. Akan diperpanjang umurnya.

3. Akan selalu berhubungan dengan Allah SWT. Dari ‘Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda,

"Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang  menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Akan dimasukan kedalam golongan yang beriman kepada Allah dan hari akherat. Dari Abu Hurairah ra sesunguhnya Rosulullah saw bersabda, Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akherat maka lakukanlah silaturahmi (HR. Bukhari dan Muslim).

Sedangkan ancaman dan akibat yang akan didapat oleh orang yang memutus hubungan silaturahmi sbb :

1. Akan terputus hubungannya dengan Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda,

"...dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan denganNya"
(HR. Bukhari, dan Muslim).

2. Tidak termasuk golongan yang beriman kepada Allah swt dan hari akherat.

3. Akan sempit rizkinya.

4. Akan pendek umurnya.

5. Akan dilaknat oleh Allah dan dimasukan kedalam neraka jahanam. (QS.13:25 & 47:22,23)

6. Tidak masuk surga. Dari Abu Muhammad Jubair bin Mut’im ra sesungguhnya Rosulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Itulah beberapa keutamaan bagi orang yang melakukan silaturahmi dan ancaman bagi orang yang meninggalkannya.

Etika silaturahmi

Dalam melakukan silaturahmi kitapun harus memperhatikan beberapa etika silaturahmi sehingga membuahkan faidah yang baik bagi kedua belah pihak dan tidak mendzolimi teman yang kita ziarahi. Diantara etika tersebut :

1. Silaturahmi yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT bukan karena dunia atau tujuan lainnya. Mungkin kisah diatas merupakan gambaran nyata sebagai barometer suri teladan.

2. Membawa hadiah untuk saudara yang akan diziarahi. Rasulullah SAW bersabada, Saling berbagi hadiahlah diantara kalian maka kalian akan saling mencintai.

3. Memperhatikan waktu silaturahmi. bila kita ingin bersilaturahmi maka kita harus memperhatian objek yang kita akan diziarahi, karena antar individu berbeda dalam jadwal kerja dan aktivitas. Mungkin di antara mereka ada yang bisa menerima tamu pada waktu asar namun diantara mereka tidak bias menerimanya.

4. Dan hal yang sangat penting adalah masa ziarah yang kadang kita kebablasan sedangkan tuan rumah memiliki aktivitas lain yang harus dikerjakan dan malu untuk mengungkapkannya karena takut akan menimbulkan persepsi negatif penziarah terhadap dirinya.

Inilah beberapa hal tentang silaturahmi, semoga hal ini bisa memacu kita untuk berlomba-lomba dalam menerapkannya, Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

makna silaturrokhiim



Bismillahirrahmaanirrahiim

Lebih tepat Silaturahim bukan silaturahmi sebagaimana disebutkan didalam nash-nash hadits tentangnya, diantaranya :

عَنْ أَبِى أَيُّوبَ الأَنْصَارِىِّ - رضى الله عنه أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ . فَقَالَ الْقَوْمُ مَالَهُ مَالَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « أَرَبٌ مَالَهُ » . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ ، ذَرْهَا » . قَالَ كَأَنَّهُ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ .

Dari Abu Ayyub Al Anshari bahwa seorang laki-laki berkata; "Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke surga." Orang-orang pun berkata; "Ada apa dengan orang ini, ada apa dengan orang ini." Maka Rasulullah bersabda: "Biarkanlah urusan orang ini." Lalu Nabi melanjutkan sabdanya: "Kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya, menegakkan shalat, dan membayar zakat serta menjalin tali silaturrahim." Abu Ayyub berkata; "Ketika itu beliau berada di atas kendaraannya." (HR. Bukhari)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى الأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِى الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. وَمَعْنَى قَوْلِهِ « مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ ». يَعْنِى زِيَادَةً فِى الْعُمُرِ.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi, beliau bersabda: "Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahim karena silaturrahim itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta, serta dapat memperpanjang umur." Abu Isa berkata: Ini merupakan hadits gharib melalui jalur ini

Berkaitan dengan hal ini, para ulama hadits memberikan judul pada salah satu babnya didalam kitab-kitab haditsnya dengan silaturahim, seperti : Imam Bukhori didalam Shahihnya memberikan judul “Bab Silaturahim”, Muslim didalam Shahihnya dengan judul “Bab Silaturhim wa Tahrimi Qothiatiha”, Abu Daud didalam Sunannya dengan “Bab Silaturahim” dan Tirmidzi didalam Sunannya dengan “Bab Maa Ja’a Fii Silaturahim”

***

Silaturahim termasuk akhlak yang mulia. Dianjurkan dan diseru oleh Islam. Diperingatkan untuk tidak memutuskannya. Allah Ta’ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahmi dalam sembilan belas ayat di kitab-Nya yang mulia.

وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’ 4:1).

Juga sabda Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam ,

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.”

***


KEUTAMAAN

(1) Silaturahim  merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman.

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahim.” (Mutafaqun ‘alaihi).


(2) Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala

خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْهُ قَامَتْ فَقَالَتْ هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنْ الْقَطِيعَةِ قَالَ أَلَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ قَالَتْ بَلَى يَا رَبِّ
“Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?” Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.”” (Mutafaqun ‘alaihi).


(3) Silaturakhiim adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api neraka.

Artinya: “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau menjawab,“Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahim.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).

ALLAHu'alam

***

Sumber :

Senin

Surat Terbuka Untuk Calon Ahli Syurga Yang Akhlaq Mereka Dicemburui Bidadari



Buat saudariku yang dirahmati oleh Allah,

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ukhti yang baik,

Kecantikan adalah anugerah. Senyum manis adalah berkah. Sungguh
karunia dari Allah bahwa wanita diciptakan memiliki kecantikan yang
sangat mempesona. Dan kecantikan itulah yang akan menjadi jalannya
menuju surga, jika ia mampu membarenginya dengan akhlaq yg mulia.
Rasulullah menjelaskan bahwa di antara fitrah lelaki adalah menyukai
kecantikan wanita. Bahkan ‘Aisyah yang merupakan salah seorang
shahabiyah paling pandai di masa itu, terkenal pula krn kecantikannya.
Rasulullah menjulukinya Humaira`: Gadis yang pipinya merona merah.

Dan krn kecantikannya itu, wanita dapat mengumpulkan pahala yang
sebesar-besarnya dari Allah. Caranya? Bersyukurlah atas nikmat yang
Allah berikan itu & pandailah menjaga diri. Rasulullah mengajarkan cara
bersyukur itu dengan membiasakan diri membaca do’a tatkala bercermin:

اللَّهُمَّ كّمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ

Yang maknanya, “Ya Allah… Sebagaimana Engkau telah mengelokkan
parasku, elokkan pulalah akhlaqku…”

Ukhti yang dijaga oleh Allah…

Tak ada yang salah dengan kecantikan, karena, seperti kata pepatah,
kecantikan bukanlah suatu dosa. Tapi sungguh itu tak berarti bahwa
setiap wajah yg cantik berhak dijadikan barang tontonan. Kami kaum
pria sangat bersedih krn sekarang ini banyak di antara kawan-kawan
Ukhti yang gemar memajang wajah cantik mereka di profil Facebook.
Juga di blog-blog yang katanya pribadi, tapi nyatanya dapat diakses
oleh siapapun.

Ini adalah satu hal yang sangat marak belakangan ini. Satu hal yang
dianggap lumrah, sehingga para gadis berjilbab itu memasang pose2
mereka di foto-foto yang kian hari kian bertambah jumlahnya. Seakan
nama saja sudah tidak cukup.

Mohon Ukhti tanyakan pd mereka, apa sesungguhnya tujuan mereka
memajang foto tersebut di tempat-tempat publik? Yakni foto dengan
gaya yang menggoda serta senyum yang memikat!

Jika tujuan berjilbab itu adalah agar menutupi aurat dan terhindar dari
pandangan-pandangan jahat, apakah itu pula yg menjadi tujuan mereka
saat bergaya di depan kamera dan memamerkannya pada setiap orang?

Jika berjilbab itu tujuannya adalah mencari ridho Allah, apakah tujuan
memperlihatkan foto-foto itupun adalah ridho Allah? Apakah betul Allah
akan ridho pada wanita yang melakukan hal itu?

Ukhti yang baik,

Kami kaum pria sangat bersedih menghadapi fenomena ini. Mengapa?
Karena mungkin saja di antara gadis-gadis yang fotonya tersebar di
seantero jagad ini adalah istri / calon istri kami. Apakah mereka tidak
tahu bahwa foto mereka tersimpan dalam komputer puluhan, ratusan
atau bahkan mungkin jutaan pria lain yg tidak berhak? Yang mungkin
saja dijadikan sarana oleh para pendosa sebagai ajang bermaksiat?
Apakah mereka mengijinkan pria-pria selain suami mereka itu
menyimpan foto-foto tersebut?

Ukhti,

Kami kaum pria sgt bersedih mendapati semua ini. Mengapa? Karena
mungkin saja di antara foto yg tersebar luas itu adalah ibu atau calon
ibu kami, yang seharusnya menunjukkan caranya menjaga diri, bukan
dengan menunjukkan hal-hal yang seharusnya disembunyikan…

Kami kaum pria sgt bersedih menyaksikan semua ini. Mengapa? Karena
mungkin saja di antara foto yg tersebar luas itu adalah guru atau calon
guru kami, yang seharusnya mendidik dan mengajarkan Al Qur’an serta
akhlaqul karimah kepada kami.

Apakah semua ini akan dibiarkan begitu saja tanpa ada penyelesaian?
Tanpa ada seorangpun yg berani menegur serta mengingatkannya,
memberitahukan bahawa itu adalah sebuah kesalahan? Atau harus
menunggu tangan-tangan jahat memanfaatkannya untuk merusak
harga diri dan menyebarkan aib yang seharusnya ditutup rapat-rapat?

Ukhti yang baik…

Jazakillah khairan… Terima kasih banyak karena Ukhti tetap pandai menjaga
diri dari sekecil apapun celah-celah kealpaan. Tapi tolong sampaikan pula pd
kawan-kawan Ukhti, agar merekapun mengikuti jejak ukhti dgn menghapus
foto-foto mereka dari Facebook dan blog-blog mereka. Sampaikanlah pd
mereka agar menahan diri dari keinginan menunjukkan eksistensi diri di
hadapan pria yang tidak berhak.

Jika mereka ingin menunjukkan kpd orang-orang bahwa mereka cantik,
cukuplah tunjukkan pada suami mereka saja. Atau orang tua dan anak-anak
mereka saja. Krn Allah Maha Tahu segala sesuatu. Jika mereka membutuhkan
sanjungan atas kecantikan yg telah dianugerahkan Allah pada mereka, biarlah
Allah saja yang menyanjungnya, dengan balasan berlipat-lipat ganda di hari
akhirat kelak.

Dan jika mereka ingin kecantikan mereka dikagumi, biarkanlah suami mereka
saja yang mengagumi, lalu memberikannya sejuta hadiah cinta yang tidak
akan pernah ada bandingnya…

Sementara kami, kaum pria yang tidak atau belum berhak atas itu semua,
biarlah asyik masyuk tenggelam dlm do’a, agar dianugerahi istri yg cantik
dan shalehah, ibu yang baik dan bersahaja, guru yang taat dan menjaga
martabatnya…

Agar Allah mengumpulkan kita kelak di surgaNya. Meraih ridho & ampunanNya
serta dihindarkan dari adzab neraka…

Atas perhatian dari Ukhti, saya ucapkan jazakillah khairal jaza…

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Salam Hormat,

rickyfirman

Rabu

surat terbuka untuk UKHTY MUSLIMAH


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم



 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُبِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّأَتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَن يُضْلِلْ فَلاَهَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ ِإلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَ نْتُمْ مُسْلِمُونَ ال عمران :102
يَاأَ يُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَ رْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا النساء :1
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا الاحزاب : 70-71
أَمَّابَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَالْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّاْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَ لَةٍ فِىالنَّارِ

Wahai Ukhti Muslimah…Wahai wanita yang mengalir keimanan di dalam hatinya…Wahai wanita yang mencintai Allah dan Rasul-Nya…
Engkau yang telah ruku’ dan sujud, mengharap dan berdo’a kepada Allah yang Maha Suci lagi Maha Agung.
Engkau adalah seorang yang mempunyai peran besar dalam kehidupan laki-laki, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan maupun anak.
Wahai permata yang terjaga…Berlapanglah dengan sebuah pertanyaan ini…Tidakkah kalian menginginkan untuk menjadi wanita yang terpilih oleh Allah karena kebaikan…?! Tidakkah kalian ingin mendapatkan keutamaan yang Allah berikan…?!
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)
Oleh karena itu saya berpesan kepada kalian sebagaimana yang Allah Ta’ala perintahkan: 

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Orang mukmin yang laki-laki dan orang mukmin yang perempuan sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian (yang lain) mereka menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.” (At-Taubah: 71)
Dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
 إِسْتَوْ صُوْا بِالنِّسَآءِ خَيْرًا

“Nasihatilah wanita dengan kebaikan.” (Muttafaqun ‘alaihi)[1]
Sungguh Allah Ta’ala senantiasa melihat dan mendengarmu…Sungguh Allah Ta’ala pasti mengawasi dan memperhatikanmu…
Maka hendaklah engkau takut kepada Allah Ta’ala, hindarilah jalanan dan tempat terbuka, karena sungguh jika engkau berada dalam tempat yang terbuka sedang kaum laki-laki melihatmu, haruslah engkau merasa takut dan khawatir terfitnah dan menjadi penyebab fitnah.[2]
Tidakkah engkau perhatikan perkataan sang teladan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
مَاتَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ 

“Tidaklah aku tinggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya atas laki-laki melebihi fitnahnya wanita.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan An-Nasa’i)[3]
Sungguh berbahaya wahai Saudariku Muslimah jika engkau berada di tempat terbuka, karena perbuatan itu dapat menjadi perantara bagimu dan lawan jenismu untuk mendustakan perintah Allah yang Maha Suci lagi Maha Agung yang berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ 

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ 

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya…,” 
Tidak hanya sampai di situ, bagi wanita, Allah Ta’ala melanjutkan firman-Nya:
وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ 

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…” (An-Nur: 31
Tidakkah engkau lihat wahai Ukhti Muslimah, sesungguhnya wanita itu adalah aurat yang bisa menjadi alat dan perantara setan untuk menjerumuskan kebanyakan kaum laki-laki.
 المَرْأَةُ عَوْرَةٌ إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَ فَهَا الشَّيْطَانُ 

“Wanita itu adalah aurat. Bila ia keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki)[4].” (HR. At-Tirmidzi)[5] 
Tidakkah engkau perhatikan wahai Saudariku Mukminah, sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di atas merupakan peringatan bagi kita terhadap fitnahnya wanita…
Tidakkah engkau meninggalkan semua sebab dan wasilah yang membangkitkan gejolak syahwat, seperti ikhtilath (bercampur) dengan yang berlainan jenis, memandang ke tempat-tempat fitnah yang ada pada tubuh lawan jenis yang bukan mahram, dan perbuatan lain semisalnya…!

Demi untuk menghindari ikhtilat, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan kaum wanita agar tidak berjalan di tengah jalan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari di dalam Al-Kuna dan Al-Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya, dari Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari, dari bapaknya radhiyallahu’anhu

أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُولُ وَهُوَ خَارِجٌ مَنَ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ  لِلنِّسَءِ اسْتَأْ خِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُثْنَ الطَّرِيقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ فَكَانَتِ الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْ بَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لأُصُو قِهَا بِهِ 

“Bahwa dia mendengar Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda di saat beliau keluar dari masjid, sedangkan orang-orang laki-laki ikhthilath (bercampur-baur) dengan para wanita di jalan, maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepada para wanita: “Minggirlah kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berhak berjalan di tengah jalan, kamu wajib berjalan dipinggir jalan.” Maka para wanita merapat di tembok/dinding sampai bajunya terkait di tembok/dinding karena rapatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Abu Daud
Dan bukankah kita tidak ingin disimpangkan oleh Allah Ta’ala sebagai orang yang memiliki mata yang khianat dan hati yang berpenyakit..!
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللهُ قُلُوبَهُمْ 

“Maka ketika mereka menyimpang, maka Allah pun menyimpangkan hati mereka.” (Ash-Shaff: 5

يَعْلَمُ خَائِنَةَ اْلأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ     

“Dia (Allah) mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disempbunyikan di dalam dada.” (Al-Mukmin: 19)
Padahal Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُ نَانِ زِنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَاالْخطَا 

“Kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengarkan, lidah zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dan kaki zinanya adalah melangkah.” (Mutafaq ‘alaih)[6] 
Tidakkah engkau ingin mendengar kesungguhan dan keikhlasan wanita muslimah yang istiqamah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya yang ia cintai, yaitu ketika Ummu Humaid istri Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallahu’anhuma mendatangi Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku suka shalat bersamamu.” Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
قَدْعَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ مَعِي وَصَلاَتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي حُجْرَتِكِ وَ صَلاَتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي دَارِكِ وَصَلاَتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌلَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِي قَالَ فَأَمَرَتْ فَبُنِي َلَهَا مَسْجِدٌ فِي أَقْصَى شَيْءٍ مِنْ بَيْتِهَا وَأَظْلَمِهِ فَكَانَتْ تُصَلِّي فِيهِ حَتَّى لَقِيَتِ اللهَ عَزَّوَجَلَّ 

“Aku tahu bahwa engkau suka shalat bersamaku, tetapi shalatmu di dalam rumahmu (yang paling dalam) lebih baik daripada shalatmu di dalam kamarmu. Dan shalatmu di dalam kamarmu, lebih baik daripada shalatmu di dalam rumahmu (yang tengah), dan shalatmu di dalam rumahmu (yang tengah), lebih baik daripada shalatmu di masjid kaum-mu. Dan shalatmu di masjid kaum-mu, lebih baik daripada shalatmu di masjidku.” Perawi berkata: “Maka Ummu Humaid memerintahkan (membangun tempat shalat-pen), lalu dibangunlah masjid (yakni tempat untuk shalat) untuknya di ujung rumah di antara rumah-rumahnya, dan yang paling gelap, demi Allah, dia biasa shalat di sana sampai meninggal.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ahmad dan Ibnu Abdil Barr)[7] 
Tidaklah Ummu Humaid radhiyallahu’anha melakukannya melainkan karena mengharapkan kecintaan Allah Ta’ala kepadanya, sebagaimana hal ini telah disabdakan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:
إِنَّ أَحَبَّ صَلاَةِ الْمَرْأَةِ إِلَي اللهِ فِي أَشَدِ مَكَانٍ مِنْ بَيْتِهَا ظُلْمَةً 

“Sesungguhnya shalat wanita yang paling dicintai oleh Allah adalah (yang dilakukan) ditempat paling gelap di dalam rumahnya”. (HR. Ibnu Khuzaimah)[8] 
Wahai Ukhti Muslimah perhatikan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu ini, dimana beliau mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَاوَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَاوَشَرُّهاَ أَوَّلُهَا 

“Sebaik-baik shaf pria adalah shaf yang pertama dan sejelek-jelek shaf pria adalah yang paling akhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling akhir dan sejelek-jeleknya yang paling depan.” (HR. Muslim,An-Nasa’i, Abu Daud dan At-Tirmidzi)[9] 
Wahai Ukhti Mukminah tidakkah engkau lihat.., perkara di atas berada dalam tempat shalat, bagaimana jika hal ini terjadi di jalanan, di kampus, di pasar, atau pun tempat umum lainnya…?!
Al-Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan ucapan Aisyah radhiyallahu’anha:
لَوْأَدْرَكَ رَسُولُ اللهِ   مَاأَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ 

“Seandainya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sempat menemui apa yang diada-adakan oleh para wanita (saat ini) niscaya beliau akan melarang mereka sebagaimana dilarangnya wanita-wanita Bani Israil.” (HR. Bukhari dan Muslim)[10] 
Dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullah disebutkan:
“Salah seorang rawi bertanya kepada Amrah binti Abdirrahman (murid Aisyah yang meriwayatkan hadits ini darinya): “Apakah para wanita Bani Israil dilarang ke Masjid?” Amrah menjawab: “Ya, Adapun hal-hal baru yang diada-adakan oleh wanita Bani Israil, diantaranya memakai wangi-wangian, berhias, tabarruj, ikhtilath dan kerusakan-kerusakan lainnya.” 
Oleh karena itu wahai Ukhti Muslimah, bersungguh-sungguhlah untuk menghindari tempat terbuka, carilah tempat yang aman dan lebih utama, karena yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Hal ini telah dicontohkan kepada kalian oleh istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan istri-istri para sahabat yang mulia, sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًافَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُو بِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ 

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka, maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53
Meskipun ayat yang mulia ini berkenaan dengan isteri-isteri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, namun ayat ini memberi pelajaran secara umum, baik bagi istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam maupun wanita-wanita lain, berdasarkan pendapat paling shahih diantara pendapat para ulama. Ayat ini dengan tegas menunjukkan diwajibkannya wanita berhijab dari pandangan laki-laki, untuk itu bagaimana pula kiranya jika kaum wanita berada di tempat terbuka yang tidak memiliki tabir/hijab pembatas?!
Perhatikanlah wahai Saudariku Mukminah, bahwa wajah adalah pusat perpaduan kecantikan wanita, maka bertaqwalah kepada Allah.
Dari Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, bahwa ia berkata:
“Adalah para pengendara melewati kami sedangkan kami bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, sedang berihram. Maka jika mereka lewat di samping kami, maka salah satu di antara kami melabuhkan jilbabnya dari kepalanya agar menutupi wajahnya. Dan tatkala mereka telah berlalu, kami pun membukanya kembali.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnul Jarud dan Al-Baihaqi)[11] 
Dari Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, bahwa ia berkata:
كُنَّا نُغَطِّي وُجُوْهَنَا مِنَ الرِّجَالِ 

“Kami (para sahabat wanita) menutupi wajah-wajah kami dari kaum laki-laki.” (HR. Al-Hakim dan Malik)[12] 
Dari Ashim Al-Ahwal rahimahullah, bahwa ia berkata:
“Kami mengunjungi (untuk belajar) kepada Hafshah binti Sirin rahimahallah sedangkan ia menjadikan jilbabnya untuk bercadar, lalu aku katakan kepadanya: ‘Semoga Allah merahmatimu! Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan….” Ashim berkata: ‘Lalu ia (Hafshah binti Sirin) mengatakan kepada kami: “Apa lanjutan ayat tersebut?” Kami menjawab: “…dan berlaku iffah (menjaga kesucian diri) itu lebih baik bagi mereka.” (An-Nuur: 60).
Ia (Hafshah binti Sirin) kemudian berkata: “Lanjutan ayat itu adalah penetapan syari’at hijab (bagi wanita tua seperti aku)”. (Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi)[13] 
Alhamdulillah, semoga nasihat ini dapat menjadi kebaikan untuk kalian wahai Saudariku Muslimah…
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَلاً مُّبِينًا 

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, (dengan) sesat yang nyata.” (Al-Ahzab: 36)
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan.
وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ
كَمَا أَنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِي الْمَسَاوِيَا                   

Mata yang penuh ridha akan terpejam dari segala aib yang ia lihat
Sedangkan mata yang penuh kebencian yang ia lihat hanyalah keburukan.
نَظَرُوْا بِعَيْنِ عَدَاوَةٍ لَوْ أَنَّهَا
عَيْنُ الرِّضَا لاَسْتَحْسَنُوْا مَااسْتَقْبَحُوْا      

Mereka melihat dengan mata permusuhan, Kalau saja mereka melihat dengan mata keridhoan, tentu mereka akan menganggap baik apa yang tadinya mereka anggap buruk.
كُلُّ الْحَوَادِثِ مَبْدَأُهَا مِنَ النَّظَرِ
وَمُعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغَرِ الشَّرَرِ        

Segala malapetaka yang terjadi, berhulu dari sebuah pandangan mata,
Seluruh azab di Neraka, berawal dari urusan kecil yang tidak terduga.

اَللَّهُمَّ اغْفِرلِي ذَ نْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجُلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلاَ نِيَتَهُ وَسِرَّهُ 


“Ya Allah, ampunilah semua dosaku, dosa yang kecil dan yang besar, yang pertama maupun yang terakhir dan yang nampak maupun yang samar.” (HR. Muslim)[14]


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



Penulis: Al-Akh Abu Abdillah Fikri hafizhahullah
Editor: Admin http://nasihatonline.wordpress.com/

Catatan Kaki:
[1] HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir radhiyallahu’anhu.
[2] Fitnah wanita maksudnya adalah godaan dan cobaan yang ditimbulkan oleh wanita, khususnya terhadap laki-laki (ed).
[3] HR. Bukhari 5096, Muslim 2740, At-Tirmidzi 2780, dan beliau berkata: “Hadits hasan shahih.” Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah 3998 dan Al-Imam Al-Mizzi juga menisbahkannya kepada An-Nasa’i.
[4] Al-Imam Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata:
( فإذا خرجت استشرفها الشيطان ) أي زينها في نظر الرجال وقيل أي نظر إليها ليغويها ويغوى بها والأصل في الاستشراف رفع البصر للنظر إلى الشيء
“Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki)maknanya adalah setan menghiasinya di mata laki-laki. Juga dikatakan, maknanya, setan melihat wanita tersebut untuk menyesatkannya dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal (الاستشراف) adalah mengangkat pandangan untuk melihat sesuatu.” [Tuhfatul Ahwadzi, 4/283] (ed).
[5] HR. At-Tirmidzi 1173, Al-Imam As-Suyuti rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya Ad-Durrul Mantsur 6/600 bahwa hadits yang semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, dan Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan: “Sanadnya shahih.” Lihat Misykatul Mashabih dengan tahqiq beliau no. 3109.
[6] HR. Al-Bukhari dan Muslim, lafaz ini menurut Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
[7] HR. Ibnu Khuzaimah 1689, Ahmad 6/371, Ibnu Abdil Barr dalam Al-Isti’ab, dan hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Ahmad Syakir dalam komentarnya terhadap Al-Muhalla.
[8] HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu.
[9] HR. Muslim no. 440, An-Nasa’i 2/93, Abu Daud no. 678, At-Tirmidzi no. 224, dan ia berkata: “Hadits hasan shahih.” Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits ini no. 1000.
Faidah: Berkata Al-Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah MuslimAdapun shaf pria maka secara umum selamanya yang terbaik adalah shaf yang pertama dan yang paling jelek adalah yang terakhir. Adapun shaf wanita maka yang dimaksudkan dalam hadits adalah shaf-shaf wanita yang shalat bersama kaum pria. Sedangkan bila mereka (kaum wanita) shalat terpisah tidak bersama kaum pria maka mereka sama dengan pria, yakni sebaik-baik shaf mereka adalah yang paling depan dan seburuk-buruknya adalah yang paling akhir. Yang dimaksud dengan ‘jeleknya shaf bagi pria dan wanita adalah yang paling sedikit pahalanya dan keutamaannya serta paling jauh dari tuntutan syar’i. Sedangkan shaf yang paling baik adalah sebaliknya. Shaf yang paling akhir bagi jamaah wanita yang hadir bersama jamaah pria dikatakan memiliki keutamaan karena jauhnya para wanita itu dari bercampur (ikhtilath) dengan pria, dari melihat pria dan tergantungnya hati tatkala melihat gerakan kaum pria serta mendengar ucapan (pembicaraan mereka) dan semisalnya. Dan celaan bagi shaf yang terdepan bagi jamaah wanita (yang hadir bersama pria) adalah sebaliknya dari alasan di atas, wallahu a’lam.”
[10] HR. Al-Bukhari no. 869 dan Muslim no. 445.
[11] HR. Ahmad IV/30, Abu Dawud dan Ibnul Jarud no. 418, serta Al-Baihaqi dengan sanad hasan lihat Al-Irwa’ 1023 dan 1024
[12] HR. Al-Hakim I/454 dan ia mengatakan: “Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhani.” Hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi dengan syarat Muslim saja, dan hadits ini diriwayatkan juga oleh Malik I/305 dari Fathimah binti Al-Mundzir.
[13] Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi, VII/93 dan isnadnya dikatakan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani. Lihat kitab Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah Fil Kitabi Was Sunnah.
[14] HR. Muslim no. 483

Sabtu

semoga kita bisa menjaga diri ini baik - baik



بسم الله الرحمن الرحيم
Sahabatku yang dikasihi..

Dunia ini semakin tua usianya dan semakin dekat menuju kepada saat kehancuran. Dan keadaan kebanyakkan hati manusia di dalamnya semakin jauh dari Allah Subhanahu wata'ala dan syariat agama. Kemungkaran dan dosa maksiat semakin berleluasa di mana-mana sahaja sehingga membuat segelintir daripada kita gelisah dan resah. Kehidupan perlu diteruskan sekalipun sukar dan susah. Ia diibaratkan berjalan di atas jalan yang penuh dengan duri, harus berhati-hati jangan sampai terkena duri dan mencederakan kaki.

Ingatlah wahai sahabat, jalankanlah kehidupan ini dengan penuh ketaatan kepada perintah Allah Subhanahu wata'ala dan jauhi segala apa yang dilarang~Nya. Pasti apa yang kalian kerjakan di dunia ini akan dipersoalkan kelak baik ia merupakan kebaikan atau disebaliknya. Allah Subhanahu wata'ala berfirman, "Maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya). Dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya) [ QS Az-Zalzalah : 7 & 8 ]

Jadi tujuan kita diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hidup di dunia ini adalah dalam rangka mengabdi kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah Ta’ala sudah menjelaskan di dalam Al Qur’an apa yang menjadi tujuan kita hidup di muka bumi ini. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” [ QS. Adz Dzariyat: 56 ]

Wahai sahabat, didiklah diri kalian dengan menjalani kehidupan ini penuh dengan kebaikan yang berlandas kepada syariat yang dibawa oleh Baginda Rasulullah sholallaohu alaihi wa sallam. Apabila kalian melakukan dosa, jangan berpatah harapan dari kembali pada~Nya, hanya kerana kepahitan ujian dan dosa. Kasih sayang~Nya mengatasi Kemurkaan~Nya, demikian diungkap dalam suatu Hadis Qudsi. Apabila kalian berbuat dosa, maka itu jangan menjadi alasan keputusasaanmu dalam menggapai istiqamah dengan Allah Subhanahu wata'ala, kerana bisa jadi itu adalah dosa terakhir yang ditakdirkan bagimu.

Berpegang teguhlah kepada Allah Subhanahu wata'ala dan Rasul~Nya dan jangan sesekali kalian berputus asa dan lari dari~Nya. Sandarkan pada Allah yang Maha Mengatur dan Menentukan. Keyakinan hanya hadir apabila kita akui kelemahan dan kehambaan kita di hadapan-Nya. Tiada suatu nafas berhembus darimu melainkan di situ takdir Tuhan berlaku padamu.

Pangkal segala maksiat, kelalaian, dan syahwat adalah pengumbaran nafsu. Dan pangkal segala ketaatan, kewaspadaan, dan kebajikan adalah pengekangan nafsu. Bersahabat dengan orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya lebih baik bagimu daripada bersahabat dengan orang pintar yang memperturutkan hawa nafsunya. Kepintaran apa lagi yang disandangkan pada orang pintar yang selalu memperturutkan hawa nafsunya? Dan kebodohan apalagi yang dapat disandangkan pada orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya?

Ingatlah wahai sahabat yang dikasihi, amal yang berasal dari hati penuh keikhlasan tidak dapat dianggap sedikit, dan amal yang berasal dari hati penuh ketamakan tidak dapat dianggap banyak. Jika engkau tahu bahawa syaitan tidak pernah lupa kepadamu, maka janganlah lupa kepada Allah yang menguasaimu. Moga Allah meredhai sahabat semua dalam perjalanan jalan menuju~Nya.

Ya Allah, jadikan usaha kami sebagai usaha yang sentiasa disyukuri, dosa-dosa kami sebagai dosa yang diampuni, kebaikan kami sebagai kebaikan yang diterima dan keaiban kami sebagai keaiban yang ditutupi, wahai Tuhan Maha Mendengar daripada semua pendengar.

Ya Allah, kami bermohon kepada~Mu perkara yang mendatangkan keredaan~Mu. Kami berlindung dengan~Mu daripada perkara yang mendatangkan kemarahan~Mu dan kami bermohon kepada~Mu kemampuan untuk mentaati~Mu serta menghindari kemaksiatan terhadap~Mu, wahai pemberi kepada yang meminta...amin.
Penuhilah hatimu dengan rasa cinta kepada saudara-saudaramu,
nescaya kekurangan (dirimu) akan tertutupi dan derajatmu
akan meningkat di sisi Allah Subhanahu wata'ala
~ Habib Umar Hafidz ~


" resent post "