Tampilkan postingan dengan label LOVE MUHAMMAD Rosululloh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LOVE MUHAMMAD Rosululloh. Tampilkan semua postingan

Jumat

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tidak pernah bosan beristighfar



بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

  Rasul dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar dan bertaubat padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang. Sebagaimana hal ini terdapat pada firman Allah,

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata , supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus.” (Qs. Al Fath: 1-2)

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pun Bercanda





بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيِمِ


Sebagai Panutan umat,Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun melakukan apa yang itu dinamakan Bercanda.Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati serta membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku belum pernah melihat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kamis

Sebuah Kalung Yang Mengingatkan Nabi –shallallahu 'alaihi wa sallam- Akan Cinta Pertamanya




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيِمِ


" Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala Aali Muhammad
Kama Shollayta 'ala Ibrahiim wa 'ala Aali Ibrahiim
Innaka Hamidun Majiid. Allahumma Baarik 'ala Muhammad
wa 'ala Aali Muhammad Kama Baarakta 'ala Ibrahiim.
Wa Aali Ibrahiim Innaka Hamidun Majiid.
~~~~~~~~~~~~~~~~♥♥♥~~~~~~~~~~~~~~

Rabu

meneladani AKHLAQ ROSULULLAH sholallahu alaihi wa sallam



Bismillaahirrokhmanirrokhiim....


" Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala Aali Muhammad
Kama Shollayta 'ala Ibrahiim wa 'ala Aali Ibrahiim
Innaka Hamidun Majiid. Allahumma Baarik 'ala Muhammad
wa 'ala Aali Muhammad Kama Baarakta 'ala Ibrahiim.
Wa Aali Ibrahiim Innaka Hamidun Majiid.
~~~~~~~~~~~~~~~~♥♥♥~~~~~~~~~~~~~~


Setelah Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam wafat, seketika itu pula kota
Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya – tidak
percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa
waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta,
“Ceritakan padaku akhlak Muhammad!”. Umar menangis mendengar
permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui
tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg
sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal
hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.

Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat
senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia
Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad Orang
Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior
Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi.
Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad sallAllahu
alayhi wasallam. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali.
Ali dengan linangan air mata berkata, “Ceritakan padaku keindahan
dunia ini!.” Badui ini menjawab, “Bagaimana mungkin aku dapat
menceritakan segala keindahan dunia ini….” Ali menjawab, “Engkau tak
sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman
bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu
bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad sallAllahu ‘alayhi
wasallam, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad
memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68] : 4)”

Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam yang sering disapa “Khumairah” oleh Nabi ini hanya menjawab,
khuluquhu al-Qur’an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur’an). Seakan-akan
Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam itu
bagaikan Al-Qur’an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia
segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh
kandungan Qur’an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca
dan menyimak QS Al-Mu’minun [23]: 1-11.

Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari
pergaulannya dengan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Kalau mereka
diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah
jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka.
Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling
indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.

Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi
sallAllahu ‘alayhi wasallam, Aisyah hanya menjawab, “Ah semua
perilakunya indah.” Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat
terindah baginya, sebagai seorang isteri. “Ketika aku sudah berada di
tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah
bersentuhan, suamiku berkata, ‘Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap
Tuhanku terlebih dahulu.’” Apalagi yang dapat lebih membahagiakan
seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih
sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami,
yang juga seorang utusan Allah.

Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam jugalah yang membikin
khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati
suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia
bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata,
“Mengapa engkau tidur di sini?” Nabi Muhammmad menjawab, “Aku pulang
sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak
mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu.” Mari
berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap
isteri kita? Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam mengingatkan,
“berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan
ditanya di hari akhir tentangnya.” Para sahabat pada masa Nabi
memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu
turun dan mengecam mereka.

Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat
tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam.
Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun
sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah
kebingungannya, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam memanggilnya. Rasul
sallAllahu ‘alayhi wasallam memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup
dengan itu, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam pun melipat sorbannya
lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat
duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban
tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi malah
mencium sorban Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam tersebut.

Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita
junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk
tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari
seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi
sholallahu ‘alayhi wasallam, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan
dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah
pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita
meniru akhlak Rasul Yang Mulia.

Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam juga terkenal suka memuji
sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan
menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul
sallAllahu ‘alayhi wasallam selalu memujinya. Abu Bakar- lah yang
menemani Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam ketika hijrah. Abu Bakarlah
yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam
sakit. Tentang Umar, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam pernah berkata,
“Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka
Syetan lewat jalan yang lain.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Nabi
sallAllahu ‘alayhi wasallam bermimpi meminum susu. Belum habis satu
gelas, Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam memberikannya pada Umar yang
meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud
(ta’wil) mimpimu itu? Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam menjawab “ilmu
pengetahuan.

Tentang Utsman, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam sangat menghargai
Utsman karena itu Utsman menikahi dua putri Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam, hingga Utsman dijuluki Dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya).
Mengenai Ali, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam bukan saja
menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang
menyebutkan keutamaan Ali. “Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah
pintunya.” “Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang
munafik.”

Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang
punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih
tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan
yang sembilan. Ah…ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka
mencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.

Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Allah
pun sangat menghormati Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam.
Buktinya, dalam Al-Qur’an Allah memanggil para Nabi dengan sebutan
nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll. tetapi ketika memanggil Nabi Muhammad
sallAllahu ‘alayhi wasallam, Allah menyapanya dengan “Wahai Nabi”.
Ternyata Allah saja sangat menghormati beliau.

Para sahabat pun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopan
pada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Alkisah, rombongan Bani Tamim
menghadap Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam. Mereka ingin Rasul
sallAllahu ‘alayhi wasallam menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum
Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam memutuskan siapa, Abu Bakar berkata:
“Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin.” Kata Umar, “Tidak,
angkatlah Al-Aqra’ bin Habis.” Abu Bakar berkata ke Umar, “Kamu hanya
ingin membantah aku saja,” Umar menjawab, “Aku tidak bermaksud
membantahmu. ” Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar
makin keras. Waktu itu turunlah ayat: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada
Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas
suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan
dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu.
Nanti hapus amal- amal kamu dan kamu tidak menyadarinya” (QS.
Al-Hujurat 1-2)

Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, “Ya Rasul Allah, demi
Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali
seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.” Umar juga berbicara
kepada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dengan suara yang lembut.
Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali
bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat
Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam takut akan terhapus amal mereka
karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam.

Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi’ah. Ia
berkata pada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, “Wahai kemenakanku, kau
datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau
kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan
kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang
dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar
kami jadikan engkau penguasa kami”

Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam mendengar dengan sabar uraian tokoh
musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong
pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam bertanya, “Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?” “Sudah.” kata
Utbah. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam membalas ucapan utbah dengan
membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi
sallAllahu ‘alayhi wasallam pun bersujud. Sementara itu Utbah duduk
mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya.

Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heran
bagaimana Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dengan sabar mendengarkan
pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak nabi
dalam menghormati pendapat orang lain. Inilah akhlak Nabi dalam
majelis ilmu. Yang menakjubkan sebenarnya adalah perilaku kita
sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau
mendengarkan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dan menyuruh kaumnya
membiarkan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam berbicara. Jangankan
mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan
pendapat saudara kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara
kadang-kadang tertutup suara obrolan kita. Masya Allah!

Ketika Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam tiba di Madinah dalam episode
hijrah, ada utusan kafir Mekkah yang meminta janji Nabi sallAllahu
‘alayhi wasallam bahwa Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam akan
mengembalikan siapapun yang pergi ke Madinah setelah perginya Nabi
sallAllahu ‘alayhi wasallam. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang
sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam. Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya.
Dengan terengah-engah menembus padang pasir, akhirnya ia sampai di
Madinah. Dengan perasaan haru ia segera menemui Nabi sallAllahu
‘alayhi wasallam dan melaporkan kedatangannya. Apa jawab Nabi
sallAllahu ‘alayhi wasallam? “Kembalilah engkau ke Mekkah. Sungguh aku
telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu. ” Sahabat ini
menangis keras. Bagi Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam janji adalah
suatu yang sangat agung. Meskipun Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam
merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabat ini untuk berhijrah,
bagi Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam janji adalah janji; bahkan
meskipun janji itu diucapkan kepada orang kafir. Bagaimana kita
memandang harga suatu janji, merupakan salah satu bentuk jawaban
bagaimana perilaku Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam telah menyerap di
sanubari kita atau tidak.
Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi sallAllahu
‘alayhi wasallam berkata pada para sahabat, “Mungkin sebentar lagi
Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada
diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada
kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian,
ucapkanlah!” Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang
tiba-tiba bangkit dan berkata, “Dahulu ketika engkau memeriksa barisan
di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan
tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku
ingin menuntut qishash hari ini.” Para sahabat lain terpana, tidak
menyangka ada yang berani berkata seperti itu. Kabarnya Umar langsung
berdiri dan siap “membereskan” orang itu. Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam pun melarangnya. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam pun
menyuruh Bilal mengambil tongkat ke rumah beliau. Siti Aisyah yang
berada di rumah Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam keheranan ketika Nabi
sallAllahu ‘alayhi wasallam meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan
peristiwa yang terjadi, Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat
yang berani berbuat senekad itu setelah semua yang Rasul sallAllahu
‘alayhi wasallam berikan pada mereka.

Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya
menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi sallAllahu
‘alayhi wasallam. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam berkata,
“Lakukanlah! “

Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi
suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi sallAllahu
‘alayhi wasallam dan memeluk Nabi seraya menangis, “Sungguh maksud
tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan
dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah.”
Seketika itu juga terdengar ucapan, “Allahu Akbar” berkali-kali.
Sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu
bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sallAllahu
‘alayhi wasallam sebelum Allah memanggil Nabi sallAllahu ‘alayhi
wasallam ke hadirat-Nya.
Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun
badannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan
memaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul sallAllahu
‘alayhi wasallam pun sangat hati-hati karena khawatir ada orang yang
beliau sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang kita sakiti
menuntut balas nanti di padang Mahsyar di depan Hakim Yang Maha Agung
ditengah miliaran umat manusia? Jangan-jangan kita menjadi orang yang
muflis. Na’udzu billah…..

Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam ketika saat haji Wada’, di
padang Arafah yang terik, dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri
berpidato. Di akhir pidatonya itu Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam
dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil berkata, “Nanti di hari
pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah apa yang telah aku, sebagai
Nabi, perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawaban
kalian?” Para sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air
mata. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam melanjutkan, “Bukankah telah
kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar, bukankah telah kutaruh
beberapa batu diperutku karena menahan lapar bersama kalian, bukankah
aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukankah telah
kusampaikan pada kalian wahyu dari Allah…..?” Untuk semua pertanyaan
itu, para sahabat menjawab, “Benar ya Rasul!”

Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam pun mendongakkan kepalanya ke atas,
dan berkata, “Ya Allah saksikanlah. ..Ya Allah saksikanlah. ..Ya Allah
saksikanlah! “. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam meminta kesaksian
Allah bahwa Nabi telah menjalankan tugasnya. Di pengajian ini saya pun
meminta Allah menyaksikan bahwa kita mencintai Rasulullah sallAllahu
‘alayhi wasallam. “Ya Allah saksikanlah betapa kami mencintai
Rasul-Mu, betapa kami sangat ingin bertemu dengan kekasih-Mu, betapa
kami sangat ingin meniru semua perilakunya yang indah; semua budi
pekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin dibangkitkan nanti di
padang Mahsyar bersama Nabiyullah Muhammad, betapa kami sangat ingin
ditempatkan di dalam surga yang sama dengan surganya Nabi kami. Ya
Allah saksikanlah. ..Ya Allah saksikanlah Ya Allah saksikanlah”

oleh :Nadirdah Hosen 
copy dari  facebook ingin ibadah

Minggu

kediaman Rosulullah sholallahu alaihi wa sallam



" Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala Aali Muhammad
Kama Shollayta 'ala Ibrahiim wa 'ala Aali Ibrahiim
Innaka Hamidun Majiid. Allahumma Baarik 'ala Muhammad
wa 'ala Aali Muhammad Kama Baarakta 'ala Ibrahiim.
Wa Aali Ibrahiim Innaka Hamidun Majiid.



Izin telah diberikan, tibalah kita di dalam rumah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Cobalah layangkan pandangan sejenak ke sudut-sudut rumah, para sahabat radhiyallaahu anhum akan menggambarkan kepada kita situasi di dalamnya berupa peralatan dan perabotan dll.


Kita maklumi bersama bahwa tidaklah diperkenankan melayangkan pandangan ke dalam kamar atau rumah orang lain. Namun tujuan kita di sini adalah untuk mengambil contoh dan teladan dari rumah yang mulia tersebut. Rumah dengan ketawadhu'an sebagai asasnya dan keimanan sebagai modalnya. Dapat engkau lihat, dindingnya bersih dari gambar-gambar makhluk bernyawa yang banyak dipajang orang di rumah-rumah kebanyakan orang pada hari ini. Padahal Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda:
"Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang terdapat padanya anjing atau gambar." (HR. Al-Bukhari)

Kemudian arahkan pandanganmu kepada perabotan rumah yang biasa dipakai beliau Shalallaahu alaihi wasalam sehari-hari. Diriwayatkan dari Tsabit ia berkata: Anas radhiyallaahu anhu memperlihatkan kepada kami sebuah gelas terbuat dari kayu yang tebal dan disepuh dengan besi. Ia berkata: "Wahai Tsabit, inilah gelas Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ." (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa meminum air, nabidz, madu dan susu dengan gelas itu.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyalaahu anhu ia berkata:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa bernafas tiga kali sewaktu minum." (HR. Muttafaq 'alaih)

Yaitu bernafas di luar gelas. Beliau melarang bernafas di dalam gelas sewaktu minum dan beliau juga melarang meniup minuman. (Sebagaimana yang disebutkan dalam HR. At-Tirmidzi)

Adapun baju perang yang biasa beliau kenakan saat berjihad di medan peperangan, pada hari-hari yang keras dan penuh kesulitan, sudah tidak ditemukan lagi di rumah beliau. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah menggadaikannya kepada seorang Yahudi dengan tiga puluh sha' gandum, sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah radhiyalaahu anha. Ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam wafat, baju perang itu masih ada di tangan orang Yahudi tersebut.

Beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak pernah membuat kaget keluarga atau membuat mereka takut. Namun beliau menemui keluarga dengan sepengetahuan mereka dan dengan memberi salam terlebih dahulu. (Lihat Zaadul Ma'aad II/ hal 381)

Perhatikanlah dengan saksama hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berikut ini:
"Alangkah beruntungnya orang yang mendapat hidayah kepada Islam, lalu dia mencukupkan diri dengan kehidupan yang sederhana serta bersikap qana'ah." (HR. At-Tirmidzi)

Simaklah baik-baik hadits yang agung berikut ini:
"Barangsiapa yang aman sentosa di tengah-tengah kaumnya, sehat jasmaninya, lagi memiliki makanan pokoknya sehari-hari, maka seakan-akan ia telah meraih dunia dengan segala isinya." (HR. At-Tirmidzi)


Jumat

gambar barang2 Rosulullah shalallahu alaihi wa sallam

Gambar-gambar ini kebanyakannya adalah koleksi yang tersimpan daripada pelbagai tempat di beberapa negara: Museum Topkapy di Istambul Turki, Yordania, Irak dan beberapa negara Timur Tengah yang lain. Selamat merasakan kenikmatan menatap peninggalan-peninggalan ini. Semoga kerinduan kita semakin memuncak kepada Nabi Agung, sang kekasih Allah, Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam, Penghulu Segala Nabi.


" Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala Aali Muhammad
Kama Shollayta 'ala Ibrahiim wa 'ala Aali Ibrahiim
Innaka Hamidun Majiid. Allahumma Baarik 'ala Muhammad
wa 'ala Aali Muhammad Kama Baarakta 'ala Ibrahiim.
Wa Aali Ibrahiim Innaka Hamidun Majiid.



The Blessed Shirt of Prophet Muhammad Sholallaohu alaihi wa sallam
Ya Allah…betapa sederhananya baju sang pemimpin dunia yang suci lagi agung ..!!



(Bahagian daripada baju Nabi Sholallaohu alaihi wa sallam yang sudah lusuh dan koyak rabak)



 

Jubah Nabi Muhammad



The Blessed Seal of Rasulullah Sholallohu alaihi wa sallam (Cap surat Nabi Sholallohu alaihi wa sallam)



Mangkuk Tempat Minum Rasulullah Sholallaohu alaihi wa sallam



Kunci Kaabah Pada Zaman Nabi Muhammad Sholallaohu alaihi wa sallam



Jejak Kaki Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam



Beberapa helai rambut Rasulullah Sholallohu alaihi wa sallam



Wadah Kotak Gigi Rasulullah Sholalloahu alaihi wa sallam


Pelbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya yang digunakan untuk menegakkan ajaran tauhid, ketika orang-orang kafir memerangi Nabi dan dakwahnya sehingga harus mengangkat pedang.



Gagang Pedang “Hatf” Nabi Muhammad Sholallaohu alaihi wa sallam



Busur Panah Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam



Bendera Rasululullah Sholallohu alaihi wa sallam



Ini lebih jelas.



Salah satu serban  Rasulullah Sholallohu alaihi wa sallam



Topi Besi Rasulullah Sholallohu alaihi wa sallam



Baju dan barang-barang Rasulullah Sholallohu alaihi wa sallam



Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah Sholallohu alaihi wa sallam tercinta…



Surat Nabi Sholallohu alaihi wa sallam kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah



Surat Nabi Sholallohu alaihi wa sallam kepada rakyat Oman, Arab Selatan.



Surat Nabi Sholallaohu alaihi wa sallam kepada Kaisar Romawi abad ke- 7



Surat Rasulullah Sholallaohu alaihi wa sallam pada Raja Heraclius



Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah Sholallohu alaihi wa sallam



Kotak milik puteri tercinta Nabi Sholallaohu alaihi wa sallam,  Sayyidah Fatimah Az-Zahra Rodhiallohu anhuma


Pintu Emas Makam Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam


Butiran pasir yang diambil dari makam Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam

Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam bersabda, “Sampaikan pesanku walau sepotong ayat”


ketika ROSULULLOH tersenyum


                                                      بسم الله الرحمن الرحيم


" Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala Aali Muhammad
Kama Shollayta 'ala Ibrahiim wa 'ala Aali Ibrahiim
Innaka Hamidun Majiid. Allahumma Baarik 'ala Muhammad
wa 'ala Aali Muhammad Kama Baarakta 'ala Ibrahiim.
Wa Aali Ibrahiim Innaka Hamidun Majiid.

 
SAAT menikahkan puteri bungsunya, Sayyidah Fatimah Az Zahrah, dengan sahabat Ali bin Abi Thalib, Baginda Nabi Muhammad sholallohu alaihi wa sallam tersenyum lebar. Itu merupakan peristiwa yang penuh kebahagiaan.

Hal serupa juga diperlihatkan Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam pada peristiwa Fathu Makkah, pembebasan Makkah, kerana hari itu merupakan hari kemenangan besar bagi kaum muslimin. “Hari itu adalah hari yang penuh dengan senyum panjang yang terukir dari bibir Rasulullah s.a.w. serta bibir seluruh kaum muslimin.” tulis Ibnu Hisyam dalam kitab As Sirah Nabawiyyah.

Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam adalah peribadi yang lembut dan penuh senyum. Namun, beliau tidak memberi senyum kepada sembarang orang. Demikian istimewanya senyum Rasul hingga Abu Bakar dan Umar, dua sahabat utama beliau, sering terkejut dan memperhatikan erti senyum tersebut.

Misalnya mereka hairan melihat Rasul tertawa saat berada di Muzdalifah di suatu akhir malam. “Sesungguhnya Tuan tidak biasa tertawa pada saat seperti ini,” kata Umar. “Apa yang menyebabkan Tuan tertawa?” Pada saat seperti itu, akhir malam, Nabi biasanya berdoa dengan khusyuk. Menyedari senyuman beliau tidak sembarangan, bahkan mengandung makna tertentu, Umar berharap, “Semoga Allah menjadikan Tuan tertawa sepanjang umur.”

Atas pertanyaan di atas, Rasul menjawab, “Ketika iblis mengetahui bahawa Allah mengabulkan doaku dan mengampuni umatku, dia memungut pasir dan melemparkannya atas kepalanya, sambil berseru, ‘Celaka aku, binasa aku!’ Melihat hal itu aku tertawa.” (HR Ibnu Majah)

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menulis, apabila Rasul dipanggil, beliau selalu menjawab, “Labbaik”. Ini menunjukkan betapa beliau sangat rendah hati. Begitu pula, Rasul belum pernah menolak seseorang dengan ucapan “tidak” bila diminta sesuatu. Bahkan ketika tak punya apa-apa, beliau tidak pernah menolak permintaan seseorang. “Aku tidak mempunyai apa-apa,” kata Rasul, “Tapi, belilah atas namaku. Dan bila yang bersangkutan datang menagih, aku akan membayarnya.”

Banyak hal yang bisa membuat Rasul tertawa tanpa diketahui sebab musababnya. Hal itu biasanya berhubungan dengan turunnya wahyu Allah. Misalnya, ketika beliau sedang duduk-duduk dan melihat seseorang sedang makan. Pada suapan terakhir orang itu mengucapkan. “Bismillahi fi awalihi wa akhirihi.” Saat itu beliau tertawa. Tentu saja orang itu kehairanan.

Kehairanan itu dijawab beliau dengan bersabda, “Tadi aku lihat setan ikut makan bersama dia. Tapi ketika dia membaca basmalah, setan itu memuntahkan makanan yang sudah ditelannya.” Rupanya orang itu tidak mengucapkan basmalah ketika mulai makan.

Suatu hari Umar tertegun melihat senyuman Nabi. Belum sempat dia bertanya, Nabi sudah mendahului bertanya, “Ya Umar, tahukah engkau mengapa aku tersenyum?” “Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu,” jawab Umar. “Sesungguhnya Allah memandang kepadamu dengan kasih sayang dan penuh rahmat pada malam hari Arafat, dan menjadikan kamu sebagai kunci Islam,” sabda beliau.

Kesaksian Anggota Tubuh

Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam bahkan sering membalas sindiran orang dengan senyuman. Misalnya ketika seorang Baduwi yang ikut mendengarkan taushiyah beliau tiba-tiba menyelang, “Ya Rasul, orang itu pasti orang Quraisy atau Anshar, kerana mereka gemar bercocok tanam, sedang kami tidak.”

Saat itu Rasul tengah menceritakan dialog antara seorang penghuni syurga dan Allah Subhanahu wata'ala yang mohon agar diizinkan bercocok tanam di syurga. Allah Subhanahu wata'ala mengingatkan bahawa semua yang diinginkannya sudah tersedia di syurga.

Kerana sejak di dunia punya hobi bercocok tanam, ia pun lalu mengambil beberapa biji-bijian, kemudian ia tanam. Tak lama kemudian biji itu tumbuh menjadi pohon hingga setinggi gunung, berbuah, lalu dituaikan. Lalu Allah Subhanahu wata'ala berfirman. “Itu tidak akan membuatmu kenyang, ambillah yang lain.”

Ketika itulah si Baduwi menyelang, “Pasti itu orang Quraisy atau Anshar. Mereka gemar bercocok tanam, kami tidak.” Mendengar itu Rasul tersenyum, sama sekali tidak marah. Padahal, beliau orang Quraisy juga.

Suatu saat justeru Rasulullah yang bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian mengapa aku tertawa?.” “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu,” jawab para sahabat. Maka Rasul pun menceritakan dialog antara seorang hamba dan Allah Subhanahu wata'ala. Orang itu berkata, “Aku tidak mengizinkan saksi terhadap diriku kecuali aku sendiri.” Lalu Allah Subhanahu wata'ala menjawab, “Baiklah, cukup kamu sendiri yang menjadi saksi terhadap dirimu, dan malaikat mencatat sebagai saksi.”

Kemudian mulut orang itu ditutup supaya diam, sementara kepada anggota tubuhnya diperintahkan untuk berbicara. Anggota tubuh itu pun menyampaikan kesaksian masing-masing. Lalu orang itu dipersilakan untuk mempertimbangkan kesaksian anggota-anggota tubuhnya. Orang itu membentak, “Pergi kamu, celakalah kamu!” Dulu aku selalu berusaha, berjuang, dan menjaga kamu baik-baik,” katanya.

Rasulullah pun tertawa melihat orang yang telah berbuat dosa itu mengira anggota tubuhnya akan membela dan menyelamatkannya. Dia mengira, anggota tubuh itu dapat menyelamatkannya dari api neraka. Tapi ternyata anggota tubuh itu menjadi saksi yang merugikan, kerana memberikan kesaksian yang sebenarnya. (HR Anas bin Malik).

Hal itu mengingatkan kita pada ayat 65 surah Yasin, yang maknanya, “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka, dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”

Moga ada manfaat...                                والله اعلم

Sumber : Dari Guru Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al Aydrus

Rabu

Semerbak Mawar Padang Pasir

                                        

“Berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah gelora asmara. Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit cinta. Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja…”
****



wanita ini adalah wanita pendamba surga. Kami dapati bahwa dia adalah wanita yang menenangkan hati sang kekasih. Dia temani belahan jiwanya dalam suka, bahagia,duka dan nestapa. Kami saksikan pula bahwa dialah wanita bijaksana nan cerdik. Pula, ia adalah keturunan bangsawan kaya dan menjadi incaran banyak lelaki.

>>Percikan Kerinduan dari Sucinya Hati. . .

Seperti wanita umumnya, kami dapati bahwa ia amat merindukan seorang sosok yang akan menjadi teman hidupnya. Ia membutuhkan sosok yang akan menemaninya mengarungi bahtera kehidupan. Berjumpalah wanita ini dengan lelaki dengan kepribadian yang diidam-idamkan wanita. Lelaki yang ia temui begitu agung lagi berakhlak mempesona. Lelaki tersebut tidak seperti laki-laki yang ia temui pada kaumnya. Lelaki itu begitu menenangkan kala dipandang dan tutur katanya jujur dan menarik perhatian. Berwibawa dan menjaga harga diri. 

Berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah gelora asmara. Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit cinta. Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja.

Namun begitu, terbesit pikiran yang mengusiknya. Akankah pemuda dengan kebeningan hatinya tersebut mau menikahinya yang telah berumur kepala empat? Saat bingungnya mendengung, kami dapati rekan wanitanya datang mengunjungi. Rekannya mampu menangkap semburat rasa yang terpendam hingga wanita itu mencurahkan kegalauan hati dan perasaannya. Rekannya pun berhasil menenangkannya bahwa ia adalah wanita cantik dan memiliki kemuliaan nasab. Siapakah gerangan lelaki yang tak mau melamar wanita idaman sepertinya?Bergegaslah rekan wanita itu menemui sang lelaki seperti yang dipinta sang wanita. Setelah bertemu, rekan wanita tersebut berkata kepada laki-laki itu:
“… apa yang menyebabkan kau tidak menikah?”
Lelaki itu adalah orang yang fakir lagi yatim piatu. Sang ayah meninggal ketika ia dalam kandungan. Dan ketika masih kecil, ia pun ditinggal meninggal oleh sang ibu. Ia menjawab:
“tidak ada sesuatu yang bisa saya gunakan untuk menikah”.  
Rekan wanita tersebut tersenyum sambil bertutur:
“sekiranya engkau diberi dan diminta menikahi wanita yang berharta, rupawan, mulia dan cukup, apakah engkau mau menerimanya?”  
Laki-laki itu kemudian berkata:
“siapa?”  
Rekan wanita itu kemudian menyebutkan nama sahabatnya yang tengah dirundung oleh besarnya pengharapan. Wajar memang karena wanita begitu dominan dalam hal perasaan. Gayung pun bersambut indah. Setelah mendapat nama wanita yang memang ia sangat kenal, lelaki tersebut kemudian berucap:
“kalau dia setuju maka saya terima”.  
Subhanallah..Lampu hijau terlihat jelas menandakan akan dimulai proses selanjutnya. Mendengar ucapan tersebut, rekan wanita itu pun kembali menemui sahabatnya untuk menebar wewangian kabar bahagia yang baru saja didengarnya. Betapa riangnya wanita kita ini setelah mendapat berita. 

Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur setelah dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau bersemi, bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah, begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang setelah menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah senandung cemas yang terbalut penuh harap.



Aduhai pena kami pun semakin bersemangat menarikan goresannya. Sang lelaki pun mengabarkan kepada paman-pamannya agar segera melamar sang wanita, walaupun sang wanita telah menjanda. Iya benar, wanita itu telah menjanda. Suami pertamanya meninggal kemudian wanita itu cerai dengan suami kedua. Namun itu bukanlah sebuah aib. Bukan pula sebuah cela. Adalah skenario dari Allah yang telah menetapkan yang terbaik bagi hamba-Nya. Tak ada yang mampu keluar dari rel takdir.

>>Rajutan Tali Pernikahan Nan Pernuh Berkah. . .

Paman lelaki itu datang melamar sang wanita di hadapan pamannya. Maklum, ayah wanita kita ini telah wafat. Mahar dan penentuan akad nikah pun dibicarakan. Disepakati mahar kepada wanita itu berupa lembu dua puluh ekor. Di hari pernikahan, ijab kabul tengah berkumandang.

Lengkaplah sudah kebahagiaan yang menyelimuti sepasang kekasih. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya biduk harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang penantian yang bertengger di taman hati. Adakah jalinan yang indah selain jalinan dan untaian tali pernikahan? Adakah letupan-letupan cinta yang lebih menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan ini? Adakah hubungan yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah secara syar’i?

aduhai, kami telah tertampar. Kami tertampar pedas oleh pena kami sendiri agar bersegara menyempurnakan separuh din.

>>Saatnya Mengayuh Biduk di Samudera Kehidupan. . . 

Dan wanita itu pun benar-benar menunjukkan dirinya sebagai wanita yang piawai me-manage perasaan dan alur lalu lintas permasalahan yang mungkin menyerang masing-masing pasangan. Ia tunjukkan sayang nan cinta kepada pangeran hatinya. Kami dapati bahwa ia adalah wanita dengan mata air kasih yang bercucuran penuh keseejukkan, penuh kelembutan dan kebaikan.Dialah kekasih hati yang menjadi tumpahan berkeluh kesah. Dialah sosok yang nyaman sebagai sandaran bagi sang suami kala raga begitu letih mengarungi dunia luar rumah sekaligus gelanggang dakwah. Sungguh begitu agung nan mulianya wanita ini. Cara pandangnya luas dengan visi yang jauh ke depan. Begitu membantu sang suami dari segi harta maupun spirit.
Suaminya pun adalah orang pilihan yang telah ditetapkan Allah. Kami dapati bahwa dia adalah lelaki yang agung nan mulia pula. Begitu banyak ujian yang lelaki ini alami hingga menjadikan sedih dan gulana. Begitu banyak cercaan dan siksaan yang ia hadapi dari orang-orang yang amat membencinya. Begitu banyak makar dan propaganda untuk membunuhnya. Dan memang demikianlah sunatullah bagi orang-orang yang menyebarkan agama Tuhannya. Akan selalu ada badai yang siap menghantam perjuangan di jalan keimanan. 

Ia menyaksikan darah mengalir. Ia menyaksikan pedang terlalu sering beradu. Ia menyaksikan jasad-jasad terbujur kaku. Kami dapati lelaki itu mengalami beberapa kemenangan dan pula kekalahan. Ia saksikan kawan-kawannya terbunuh.

Dialah lelaki yang menebarkan wewangian pesona agama kita yang mulia. Dialah sosok yang tiada pamrih. Tiada ingin dipuja atau dipuji. Dialah sumber kebaikan. Duh, mata pena kami berkaca dan bergetar menuliskan tentangnya. Pantas saja Allah telah menganugerahkan wanita mulia nan brbudi luhur teruntuk lelaki itu. Allah mempersatukan dua kemuliaan untuk memenangkan agama-Nya di muka bumi.

Allahu akbar. .Allahu akbar…

Begitu mulianya dua insan itu.Pena kami kembali membulirkan air matanya karena kemuliaan mereka.Wahai pena. Kabarkanlah bahwa kami begitu rindu untuk bertemu.
 
>>Telah Tiba Saatnya Berpisah. . . 

Kami kabarkan kembali bahwa wanita kita ini adalah nikmat Allah yang besar bagi sosok lelaki itu. Mereka arungi bahtera cinta selama seperempat abad. Telah berlalu sejuta kenangan. Wanita itu menghibur kecemasan suaminya, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalah Tuhannya dan selalu membela pujaan hatinya dengan jiwa, raga dan hartanya.Telah tiba saatnya kita akan berpisah dengan wanita berbudi luhur itu. .Telah tiba saatnya wanita itu harus meninggalkan sang kekasih karena malaikat maut sedang melaksanakan titah Rabb-Nya.
Dan selanjutnyaaaaaa

. .Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. . .

Selamat jalan wahai wanita yang melambangkan kesetiaan. .
Selamat jalan jiwa yang tenang. .
Selamat jalan duhai wanita yang berhati lembut di tengah lembah kekerasan. .
Selamat jalan wahai wanita teladan yang mengagumkan. .
Selamat jalan wahai engkau yang membela kemuliaan islam. .
Selamat jalan engkau wahai istri yang arif nan bijaksana. .
Selamat jalan wahai engkau ibunda kaum muslimin, KHADIJAH BINTI KHUWAILID. .
\
Wahai Ummul mukminin

Kepergianmu telah meninggalkan duka dan sedih bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.. Bagaimana tidak, suka yang terkomposisi duka telah dicicipi bersama di arena kehidupan. Sungguh pilu hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditinggal belahan jiwanya..
Tahukah engkau wahai Bunda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyanjungmu di depan ‘Aisyah sehingga ‘Aisyah pun cemburu.‘Aisyah bertutur di tengah cemburu yang menggebu nan melanda:
“tidaklah aku cemburu atas seseorang dari istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana kecemburuanku atas Khadijah, sedangkan aku belum melihatnya sama sekali. Tetapi Rasul sering menyebutnya dan kadang-kadang beliau menyembelih seekor kambing lalu memotong-motongnya kemudian mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Sehingga kadang-kadang aku berkata kepada beliau:
“sepertinya di dunia ini tak ada wanita kecuali Khadijah.”   [1]
Subhanallah. Begitu cintanya Nabi kami padamu, wahai Ummul Mukminin. Dan memang engkau amat pantas mendapatkannya walau ‘Aisyah memiliki kecantikan dan kepandaian.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memenuhi janjinya bahwa beliau tak akan menduakanmu selama engkau masih hidup dan walau usiamu telah lanjut. Kami mengetahui pula bahwa engkau bertabur putri-putri mulia yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Mereka adalah pembela setia suamimu. .Begitu abadi cintanya.
Engkau wahai Bunda, seperti yang kami dapati dalam kitab Nisa’ Fii Hayati al-Anbiya  bahwa Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata sambil memujimu:
“wanita penghuni surga yang paling mulia adalah Khadijah binti Khuwailid.”   [2]
Pula dalam kitab yang lain yaitu Nisaa’ Haular Rasul war Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin , kami dapati pula pujian untukmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Khadijah binti Khuwailid”   [3]
Wahai Bunda, keteguhanmu mendapat limpahan karunia dari Allah. Engkau memiliki andil besar dalam perubahan peradaban bagi para wanita.
Inilah surga Allah menaruh rindu untukmu. Allah dan malaikat Jibril pun menitipkan salam hangat dari langit ke-tujuh untukmu. Dan kepadamu, Allah telah menyediakan rumah istana dari permata. .

 
subhanallah
Kami dapati dalam kitab ar-Rahiq al-Makhtum  bahwa Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“wahai Rasulullah. Inilah khadijah, dia telah datang membawa bejana, di dalamnya ada lauk pauk, makanan atau minuman. Sekiranya dia nanti mendatangimu maka sampaikan salam Rabbnya kepadanya serta beritakan padanya kabar gembira perihal istana untuknya di surga yang terbuat dari mutiara, yang tiada kebisingan maupun rasa lelah di dalamnya.”   [4]
Akhirnya. . . 
selamat menikmati rumah istana dari mutiaraselamat jalan ibunda orang-orang beriman. .

Biarlah kami senantiasa mengenangmu di kedalaman qolbu. .Menyerap semangatmu yang terbit seiring fajar. .

Dan lihatlah namamu ada dalam benak setiap muslimah. .

Walaupun tak sesempurnamu, kami harap wanita-wanita kami mampu merengkuh keteladananmu di jalan ilmu. . .


Sekian,
Dari seorang lelaki yang berusaha meneladani kekasihmu tercinta di atas manhaj salaf,
Abdullah Akiera Van As-samawiey
Mataram, di siang nan cerah secerah hati, ilmu dan akhlak orang-orang yang beriman.
(26 rajab 1431 H/ 09 juli 2010 M).
Subhanaka allahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika..


________ 
Endnotes:
[1] Lihat takhrijnya dalam kitab Nisaa’ Haular Rasul War Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin  hal. 110-111
[2] HR. ahmad dan al-Hakim. Dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah  no: 1508
[3] HR. al-Bukhari (IV/230)[4] HR. al-Bukhari (I/539)
Referensi:
1. Kitab ar-Rahiq al-Makhtum  karya syaikh shafiyyurrahman al-Mubarakfury . Penerbit Darul haq (2008), Cetakan X halaman 74-75 dan 161-162.
2. kitab Nisaa’ Haular Rasul War Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin  karya Syaikh Mahmud Mahdi al-Istambuli  dan Syaikh Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi . Penerbit Maktabah Salafy Press (2009), cetakan VII halaman 35-46 dan 110.
3. kitab Nisa’ Fii Hayati al-Anbiya  karya Syaikh Ibrahim Mahmud Abdul Radi . Penerbit Malmahira (2009), Cetakan I halaman 357-369.
4. Buku Seorang Ibu: Sebuah Dunia Penuh Cinta  karya Amatullah Shafiyyah . Penerbit Gema Insani Press (2002), Cetakan I halaman 24-30.

Selasa

orang-orang yg di CINTA & di BENCI ROSULULLOH sholallohu 'alaihi wa sallam



Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
 
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsaruun, mutasyaddiquun dan mutafaihiquun” Sahabat berkata : “Ya Rasulullah…kami sudah tahu arti tsartsaruun dan mutasyaddiquun, lalu apa arti mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong” (Hadits riwayat Tirmidzi, ia berkata ‘hadits ini hasan’. Hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Shahih Sunan Tirmidzi no. 2018, dinukil dari Mutiara Pilihan Riyadhush Shalihin, Pustaka At Tibyan. Hal. 75)

Di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan bahwa orang yang paling dekat dengan beliau adalah orang-orang yang paling baik akhlaqnya. Maka apabila akhlaq anda semakin mulia niscaya kedudukan anda di hari kiamat kelak akan semakin dekat dengan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dibandingkan selain anda. Sedangkan orang yang terjauh posisinya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari kiamat kelak adalah tsartsaruun, mutasyaddiquun dan mutafaihiquun (disadur dari Syarah Riyadhush Shalihin, hal. 396-397)

Arti Tsartsaruun
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa makna tsartsaruun adalah orang yang banyak bicara dan suka menyerobot pembicaraan di antara orang-orang. Apabila dia duduk ngobrol dalam suatu majelis dia sering menyerobot pembicaraan orang lain, sehingga seolah-olah tidak boleh ada yang bicara dalam majelis itu selain dia. Dia berbicara tanpa membiarkan orang lain leluasa berkata-kata. Perbuatan seperti ini tidak diragukan lagi termasuk kesombongan. Yang dimaksud majelis dalam konteks ini adalah pembicaraan-pembicaraan sehari-hari bukan majelis ilmu atau pengajian, sebab jika suatu saat anda mendapat kesempatan untuk memberikan nasihat atau kajian di depan mereka lalu anda sendirian yang lebih banyak berbicara maka hal ini tidaklah mengapa (lihat Syarah Riyadhush Shalihin, hal. 397)

Arti Mutasyaddiquun
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa makna mutasyaddiquun adalah orang yang suka berbicara dengan gaya bicara yang meremehkan orang lain seolah-olah dia adalah orang paling fasih, itu dilakukannya karena kesombongan dan bangga diri yang berlebihan. Seperti contohnya berbicara dengan menggunakan bahasa Arab di hadapan orang-orang awam, sebab kebanyakan orang awam tidak paham bahasa Arab. Seandainya anda mengajak bicara mereka dengan bahasa Arab maka tentulah hal itu terhitung sikap berlebihan dan memaksa-maksakan dalam pembicaraan. Adapun jika anda sedang mengajar di hadapan para penuntut ilmu maka biasakanlah berbicara dengan bahasa Arab dalam rangka mendidik dan melatih mereka agar sanggup berbicara dengan bahasa Arab. Adapun terhadap orang awam maka tidak selayaknya anda berbicara dengan mereka dengan bahasa Arab, tetapi bicaralah dengan mereka dengan bahasa yang mereka pahami dan jangan banyak memakai istilah-istilah asing, artinya janganlah anda menggunakan kata-kata asing yang sulit mereka mengerti, karena hal itu termasuk berlebihan dan angkuh dalam pembicaraan (lihat Syarah Riyadhush Shalihin, hal. 397)

Arti Mutafaihiquun
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan makna mutafaihiquun : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menerangkannya yaitu orang-orang yang sombong. Orang sombong ini bersikap angkuh di hadapan orang-orang, jika berdiri untuk berjalan seolah-olah dia berjalan di atas helaian daun (dengan langkah kaki yang dibuat-buat –pent) karena adanya kesombongan di dalam dirinya. Perilaku ini tak diragukan lagi termasuk akhlaq yang sangat tercela, wajib bagi setiap orang untuk menghindarinya. Karena yang namanya orang tetap saja manusia biasa, maka hendaklah dia mengerti ukuran dirinya sendiri. Meskipun dia telah dikaruniai sekian banyak harta, kedalaman ilmu atau kedudukan yang tinggi oleh Allah, seyogyanya dia merendahkan diri (tawadhu’), dan sikap tawadhu’ orang-orang yang telah mendapat anugerah harta, ilmu atau kedudukan tentu lebih utama nilainya daripada tawadhu’nya orang-orang yang tidak seperti mereka. Oleh sebab itu terdapat dalam sebuah hadits yang memberitakan orang-orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak disucikan-Nya pada hari kiamat, diantara mereka adalah : “Orang miskin yang sombong” sebab orang miskin tidak mempunyai faktor pendorong (modal) untuk sombong. … Sudah semestinya orang-orang yang diberi anugerah nikmat oleh Allah semakin meningkatkan syukurnya kepada Allah serta semakin tambah tawadhu’ kepada sesama, semoga Allah memberikan taufiq kepada saya dan seluruh umat Islam untuk memiliki akhlaq yang mulia dan amal yang baik, dan semoga Allah menjauhkan kita dari akhlaq-akhlaq yang buruk dan amal-amal yang jelek, sesungguhnya Dia Maha dermawan lagi Maha mulia (lihat Syarah Riyadhush Shalihin, hal. 397-398)

Semoga kita menjadi orang yang dicintai Rasulullah dengan tidak berlaku sombong dan selalu memperbaiki Akhlaq dan hubungan dengan sesama muslim serta selalu berbuat dan berniat baik kepada saudara kita sesama muslim dengan tidak menyakiti hati mereka baik dengan kata kata maupun perbuatan, baik di depan atau di belakang nya. AMIN



Minggu

kami rindu kepada mu Ya Rosululloh


Berkata Hubabah Halimah al-`Aydrus :

"Penting dihatimu ada RasuluLlah dan lebih penting lagi
jika engkau ada dihati Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم...
Penting menjadi orang yang bisa rindu pada RasuluLlah,
namun jauh lebih penting lagi jika engkau jadi orang
yang dirindukan oleh RasuluLlah صلى الله عليه وآله وسلم..."


Sabtu

KARYA NAN INDAH




اللهم صل على سيدنا محمد
وأنزله المنزل المقرب منك يوم القيامة

Katakanlah adakah seseorang yang lebih hebat darinya?
Yang ALLAH Tuhannya membagi padanya rahmat untuk dia
Bagikan pada semesta?
Yang jutaan Malaikat kepadanya tak berhenti bersholawat,
Matahari karena doanya tenggelam terlambat,
Bulan terbelah dan pepohon sujud padanya?


Katakanlah adakah yang lebih indah darinya?
Alif hidungnya, nun alisnya, dan mim bibirnya
Jika Yusuf mendapat separuh ketampanan
Maka dia telah diberi ketampanan sempurna


Adakah yang lebih indah darinya?
Di tangannya ada berkah, dihatinya ada cinta
Di matanya ada telaga
Di dalamnya kita bisa berenang dalam sejuk kasihnya


Katakanlah siapa yang lebih baik darinya?
Kasihnya dirasa hingga bahkan oleh si kafir yang durhaka
Dermawannya tak pernah takut kefakiran mendera
Tawadhu, sabar, syukur, ikhlas, dan selalu berlapang dada
Senyuman dari bibirnya tak pernah sirna


Katakanlah adakah selainnya yang sempurna?
Dia mengingat ALLAH di setiap waktunya
Memberi syafaat hingga selamat umatnya dari siksa neraka
Berkorban bahkan dengan darah dan air mata


Wahai...
Yang kami inginkan darimu
Adalah bisa bersama denganmu
Ya RasuluLlah...





- Karya nan indah; karya Hubabah Halimah al-`Aydrus. Merupakan diantara karya yang dibacakan indah sekali oleh Ummu Ustazah Nadia Hanim di Masjid al-Mukminin pada hari Sabtu yang lalu. Marha²! ALLAH `Azzawajalla sahja yang dapat membalas kebaikan dan pengorbanan antum; secara langsung mahupun tidak langsung, untuk menjayakan Majlis yang mulia dan penuh barakah ini. Semoga Rahmat, Hidayah, Maghfirah dan Kasih Sayang ALLAH `Azzawajalla dan RasulNYA ShalALLAHu `alaihi wa Alihi wasalam beserta kalian setiap detik dan kejap. Amiin Ya ALLAH, Ya Rabb, Ya Rahman, Ya Rahim, ya Qarib, ya Mujib, Ya Hayyu, Ya Qayyum, Ya Dzal Jalali wal Ikram.

" resent post "