Tampilkan postingan dengan label RAMADHAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RAMADHAN. Tampilkan semua postingan

Jumat

khutbah ROSULULLOH sholallohu alaihi wa sallam mengenai Ramadhan



بسم الله الرحمن الرحيم

"Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh~Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan puasa dan membaca Kitab~Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, nescaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu solatmu kerana itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba~Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru~Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil~Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada~Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai kerana amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Belakangmu berat kerana beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjangkan sujudmu.

Ketahuilah, Allah Ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran~Nya bahawa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang solat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.

Wahai manusia, barangsiapa di antaramu memberi berbuka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang hamba dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.

(Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan khutbahnya:)

Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, ia akan berhasil melalui Sirathal Mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan~Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka~Nya pada hari ia berjumpa dengan~Nya.

Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan~Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat~Nya pada hari ia berjumpa dengan~Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat~Nya pada hari ia berjumpa dengan~Nya.

Barangsiapa melakukan solat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan solat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 solat fardu di bulan lain.

Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu syurga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Syaitan-syaitan terbelenggu, maka mintalah agar ia tidak lagi pernah menguasaimu."

Aku (Ali bin Abi Thalib karamaLlahu wajhah - yang meriwayatkan hadith ini) berdiri dan berkata,

"Ya Rasulullah, apa amal yang paling utama di bulan ini?"

Jawab Nabi, "Ya Abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah."
sumber :http://insaaniyyah.blogspot.com

Nasehat ROSULULLOH menyambut bulan Ramadhan



Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan puasa dan membaca kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung yang bakal tiba. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fakir dan miskin.




Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya. Kasihanilah anak-anak yatim, nescaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu solatmu kerana itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.




Wahai manusia! Sesungguhnya dirimu tergadai kerana amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat kerana beban dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjangkan sujudmu. Ketahuilah! Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahawa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang solat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb Al-'Alamin.

Wahai manusia! Barangsiapa di antaramu memberi makanan untuk berbuka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan puasa, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang hamba dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.


Sahabat-sahabat bertanya, "Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan, "Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia! Siapa yang membaiki akhlaknya di bulan puasa ia akan berhasil melewati sirat pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan Ramadhan, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari Kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan puasa, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.




Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan puasa, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahim) di bulan puasa, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan puasa, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan solat sunat di bulan puasa, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan solat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 solat fardhu di bulan yang lain.

Barang siapa memperbanyak selawat kepadaku di bulan puasa, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur'an pada bulan-bulan yang lain.




Wahai manusia! sesungguhnya pintu-pintu syurga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Amirul Mukminin k.w. berkata, "Aku berdiri dan berkata,"Ya Rasulullah! Apakah amalan yang paling utama di bulan puasa?" Jawab Nabi, "Ya abal Hasan! Amalan yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah".




di kutip dari :  "Puasa Bersama Rasulullah", karangan Ibnu Muhammad, Pustaka Al Bayan Mizan.


Kamis

Ramadhan bersama Rosulullah sholallohu alaihi wa sallam

Rasulullah shoallohu alaihi wa sallam melangkah naik ke mimbar.Baru memijak tangga pertama,spontan saja muncul dari mulut baginda ucapan 'aamiin'.Meletakkan kaki ke tangga ke dua,rasulullah ulangi lagi kalimah yang sama. dan 'aamiin' juga yang baginda lafazkan setelah berdiri di tangga yang berikutnya.




Perbuatan rasul itu terasa aneh dalam pandangan kaum muslimin yang ada di situ.Gerangan apakah yang mendorong rasulullah melafazkan ucapan "perkenankanlah" itu.Doa siapakah yang di aamiinkan baginda? semestinya permintaan kekasih Allah itu tiba terus ke hadirat Kekasihnya tanpa hijab dan tempoh.




Tidak mahu tersesat dalam selirat andaian dan teka-teki, sahabat pun bertanya kepada rasullulah sholallaohu alaihi wa sallam setelah baginda turun dari mimbar.




Rasul menjawab ,'Jibril muncul di hadapan ku dan berkata, ' celaka lah orang yang melalui bulan ramadhan yang diberkati tanpa memperoleh keampunan.' lalu aku mengaminkan ucapan Jibril itu.'Naik ke tangga kedua, Jibril berkata lagi, 'celakalah orang yang apabila disebutkan namamu,dia tidak bersholawat ke atasmu.' Lalu aku mengamin kan ucapan Jibril.Apabila aku melangkah ke tangga ke tiga, Jibrail berkata,'Celakalah orang yang semasa hidupnya,ibubapaknya atau salah seorang daripada mereka mencapai umur tua(dia gagal berkhidmat kepada mereka) menafikan dirinya memasuki syurga". Lalu aku menyebut aamiin'.






[sumber:iluvislam.com]






HUTANG PUASA..


"Wahai Rasullulah.." seorang wanita menyapa." ibuku telah meninggal dunia.sedangkan dia berhutang puasa sebualan.bagaimanakah itu?"
Baginda Rasullullah menjawab dengan sebaris persoalan, 'bagaimanakah pendapatmu, di andaikan ibumu ada berhutang dengan seseorang, adakah engkau akan membayarnya?"
"Sudah tentu, wahai rasullullah", balas wanita itu cepat."Hutang kepada Allah lebih patut di bayar", kata rasullulah sholallohu alaihi wa sallam.
Gesaan itu diteguhkan lagi dengan sepotong sabda," Siapa yang meninggal dunia sedangkan dia mempunyai hutang puasa,maka hendaklah di bayar oleh walinya (penjaga)." (Riwayat Muslim)
Khabarkan Hutang pada Penjaga kita, agar hutang itu tidak menyeksa kita di bilik enam kaki bawah tanah nanti..


Ya Allah, berikan daku keampunan hingga penghujung ramadahan hingga penghujung hayat sekalipun.. Ya Allah , izinkan agar daku tidak termasuk dalam golongan yang celaka itu.. Berilah daku petunjuk dan Hidayah.. Aamiin

Selasa

hadist hadist lemah yang populer di INDONESIA






Bismillahirrokhmanirrokhiim,...

Ada 3 hadits yang sangat populer yang berkaitan dengan puasa yang ternyata hadits-hadits tersebut lemah atau dha’if. Ini perlu diketahui dalam rangka membersihkan dienul Islam dari kesalahan pemahaman akibat tersebarnya hadits-hadits lemah tersebut. Terlebih lagi kita tentu tidak ingin terkena ancaman sebagai pendusta dengan mengatasnamakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam padahal bukan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Pengertian hadits secara istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam  baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, perangai maupun sifat jasad beliau shalallahu ‘alaihi wa salam. [1]

Pengertian ini sama dengan pengertian as-sunnah, khobar dan atsar. Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar, “Menurut ulama ahli hadits bahwa khobar itu sama dengan hadits dan ada yang mengatakan bahwa hadits adalah yang datangnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam  sedangkan khobar adalah yang datangnya dari selain beliau. Juga ada yang berpendapat bahwa semua hadits itu khobar namun tidak semua khobar itu hadits.” [2]

Adapun lemah dalam bahasa Arabnya الضَّعِيفُ yang secara bahasa berarti kebalikan dari kuat, baik tidak kuat secara fisik maupun maknawi. Dan yang dimaksud di sini adalah tidak kuat secara maknawi.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa hadits lemah adalah hadits yang tidak memiliki kriteria hadits shahih dan hasan. Atau dengan bahasa yang lebih bagus lagi bahwa hadits lemah adalah hadits yang tidak memiliki kriteria untuk bisa diterima. [3]
Berikut ketiga hadits lemah yang populer berkaitan tentang puasa:

صُوْمُوْاتَصِحُّوْا 
“Berpuasalah niscaya engkau akan sehat”
Lemah

Diriwayatkan oleh Thobroni dalam al Ausath 2/225, Abu Nu’aim dalam ath-Thib dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin Abi Dawud, telah mengabarkan kepada kami Zuhair bin Muhammad dari Suhail bin Abi Sholih dari bapaknya dari Abu Huroiroh secara marfu’.
Sisi cacatnya adalah Zuhair bin Muhammad, dia itu orang yang lemah.
Berkata Imam al-’Iroqi dalam Takhrij Ihya’: “Diriwayatkan oleh Thobroni dalam al-Ausath dan Abu Nu’aim dalam ath-Thibbun Nabawi dengan sanad lemah”.
Bahkan ash-Shoghoni dalam al-Maudhu’at agak berlebih-lebihan saat menyatakan bahwa ini adalah hadits palsu. [4]

الصَّاـِٕمُ فِي عِبَادَةٍ وَ اِنْ كَانَ رَاقِدًا عَلى فِرَاشِهِ
“Orang yang berpuasa senantiasa dalam ibadah meskipun sedang tidur di atas ranjangnya.”
Lemah

Diriwayatkan oleh Tammam 18/172 berkata: “Telah mengkabarkan kepada kami Yahya bin Abdillah bin Zajjaj berkata: ‘Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harun, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Abdurrohman dari Hasyim bin Abu Huroiroh al-Homsi dari Hisyam bin Hassan dari Ibnu Sirin dari Salman bin Amir adh-Dhobbi secara marfu’”.
Sisi cacat hadits ini adalah adanya beberapa orang yang tidak dikenal, yaitu Yahya az Zajjaj dan Muhammad bin Harun.
Barangkali yang shohih, lafadz ini adalah ucapan Abul ‘Aliyah sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Imam Ahmad dalam Zawa’id Zuhd hlm.303 dengan tambahan lafadz: “Selagi tidak mnggunjing orang lain”. [5]

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ،وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Ya Alloh, untuk-Mu lah saya berpuasa dan atas rezeki-Mu lah saya berbuka.”
Lemah

Diriwayatkan oleh Abu Dawud:2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah: 9744, Ibnu Sunni: 479 dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman: 3902 dari Mu’adz bin Zahroh bahwasanya sampai kepada dia bahwasanya Rosululloh apabila berbuka beliau berdo’a: -dengan do’a diatas-
Sisi cacat hadits ini dari tiga sisi:
Pertama: Majhulnya Mu’adz bin Zahroh.
Kedua: Dia itu seorang tabi’in yang langsung meriwayatkan dari Rosululloh, maka haditsnya mursal dho’if.
Ketiga: Sanad hadits ini mudhthorib.
Oleh karena itu dilemahkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dan al-Albani. [6]
Berkata Abu Yusuf: “Do’a buka puasa yang shohih adalah:

ذَهَبَ الظَّمَأُوَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَاللَّهُ

“Telah hilang rasa haus dan telah basah kerongkongan serta tetaplah pahala insya Alloh. [7]
***
Rujukan:
Hadits Lemah dan Palsu yang Populer di Indonesia, Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Pustaka al-Furqon
[1] Lihat Taisir Mustholah Hadits oleh Syaikh Mahmud ath-Thohan hlm. 14
[2] Lihat Nuzhatun Nazhor ma’a Nukat oleh al-Hafizh Ibnu Hajar hlm. 52
[3] Lihat Muqadimah Ibnu Sholah hlm. 37, Tadribur Rowi oleh Imam as-Suyuthi 1/179, Ikhtishor Ulum Hadits oleh Imam Ibnu Katsir hlm. 44. Taudhihul Afkar oleh Imam ash-Shon’ani hlm. 1/247
[4] Lihat adh-Dho’ifah: 253
[5] Lihat adh-Dho’ifah: 653
[6] Lihat takhrij Adzkar hlm: 367, Irwa’: 919
[7] HR. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad shohih. Lihat Irwa’: 920, Shohih Jami’ no. 4678

Minggu

YANG PENUH CINTA & KASIH



Bismillahirokhmanirrokhiim


Allah Ta’ala berfirman,
فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37)
Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Qs. Al-Waqi’ah: 36-37)
Ibnul A’rabi berkata, “Al-’Urubu min An-Nisaa’i” ( العرب من النساء) maksudnya wanita yang patuh kepada suaminya dan memperlihatkan cintanya kepadanya.
Tentang penafsiran ‘urub (عرب ) para ahli tafsir menyebutkan bahwa wanita-wanita tersebut sangat mencintai suaminya, sayang dan manja kepada suami, membuat suami cinta kepadanya, membuat nafsu syahwat suaminya bergelora kepadanya dan membuat suami berdandan karenanya.
Bukhari dalam Shahihnya berkata, ” ‘Uruban (عربا ) adalah wanita yang amat cinta pada suaminya.”
Seorang wanita shalihah cerminan dari pribadi yang penuh kasih dan cinta pada suaminya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mencintai pria lain…sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Istri-istri kalian akan menjadi penghuni surga yang sangat mencintai, yang jika dia disakiti dan menyakiti maka dia segera datang kepada suaminya, dia letakkan tangannya di atas telapak tangan suaminya, seraya berucap, “Saya tidak dapat tidur sampai engkau meridhaiku.” (HR. Thabrani)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menganjurkan kepada laki-laki yang akan menikah untuk mencari wanita yang penyayang dan berbelas kasih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Nikahilah wanita yang penyayang dan berpotensi beranak banyak, karena aku akan membanggakan jumlah kalian kepada umat-umat yang lain di hari kiamat” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Di antara bentuk cinta dan kasih kepada suami adalah bertutur kata dengan manis, lembut dan mesra, karena manisnya tutur kata wanita dapat memikat dan mempesonakan hati lelaki. Apa engkau tidak ingin kata-katamu laksana tetesan air yang begitu menyejukkan di tengah gurun pasir nan tandus lagi gersang bagi suamimu? Saudariku…sesungguhnya lelaki membutuhkan ketenangan dan ketentraman di dalam jiwanya. Dia membutuhkan terpal yang dapat membuatnya teduh…ke manakah lagi kiranya dia akan mencari keteduhan hati jika tidak pada dirimu?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Renungkan…perkataan yang baik adalah sedekah, siapakah yang lebih pantas untuk mendapatkan kebaikan kata-katamu yang memikat jika bukan suami yang mendampingi hidupmu?!
Mari kita lihat di antara sifat bidadari yang paling baik adalah gaya bahasa yang memikat saat ia mendekati suaminya, ia menyayangi sebagaimana ibu yang menyayangi anaknya, ia menggoda suaminya dengan parasnya yang cantik jelita.
Bersuara Merdu
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” Sesungguhnya istri-istri penghuni surga bernyanyi untuk suami-suami mereka dengan suara yang paling bagus yang tidak pernah didengar oleh seorangpun. Di antara lagu yang mereka nyanyikan ialah ‘Kami adalah bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik, istri-istri kaum yang mulia.’ Mereka memandang dengan kegembiraan. Di antara nyanyian mereka lagi ialah ‘Kami kekal tidak akan pernah mati, kami setia tidak akan pernah berkhianat, dan kami bermukim tidak kan pernah bepergian.” (Shahih Al Jami’ Ash-Shaghir)
Sebagaimana manusia tertarik dengan suara yang indah, Allah dengan kekuasaanNya menjadikan suara yang indah dan menggembirakan sebagai salah satu kesenangan surga yang tidak akan sirna dan tak ada habis-habisnya.
Ketika kita melihat pada realita yang ada, tiap manusia dianugrahi warna suara yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, ada yang terlahir dengan suaranya yang syahdu, ada pula yang kurang syahdu. Akan tetapi, pelajaran yang bisa kita petik dari sini yakni, hendaknya kita berusaha memperelok nada bicara kita di depan suami kita. Meskipun suara kita hanya bermodal pas-pasan saja.
Saudariku…Mulailah dari sekarang, karena belum terlambat untuk menjadi laksana bidadari dalam hidup suami. Dengan melihat karakteristik sang bidadari, seharusnya hal tersebut menjadi cermin akhlak bagi setiap wanita dunia. Bidadari adalah makhluk yang tercipta mirip dengan bangsamu, duhai wanita…
Maka dari itu, berusahalah agar engkau bisa meneladani kecantikan akhlaknya, berlombalah, dan bersegeralah dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Wahai orang yang memanggil dan mencari bidadari, agar dapat bercumbu dengannya di taman-taman surgawi
Andaikan kau tahu siapa yang kau seru, tentu kau tak kan diam saja membisu
Andaikan kau tahu di mana dia berada, kau kan berusaha sekuat tenaga
Segeralah dan tapaki jalan menuju ke sana, karena jalan yang kau tempuh tak lama lagi kan tiba
Bercintalah dan berbicaralah dalam kalbu, persiapkan maskawin selagi kau mampu untuk itu
Jadikan puasamu sebagai bekal untuk pertemuan, malam pertama adalah malam yang fitri setelah Ramadhan
Harapkan keindahan dan kecantikannya yang memikat, hampirilah sang kekasih dan jangan kau terlambat!”
Wahai lelaki dunia…
Cintailah istri shalihah yang tiada sempurna
Dengan cinta yang nyaris sempurna*
Menikahinya akan menghantarkanmu bersanding dengan bidadari di surgaNya yang sempurna
*) karena kesempurnaan cinta yang hakiki hanya pantas ditujukan bagi Rabbul A’la, maka dari itulah penulis menggunakan kata “nyaris”.
Artikel muslimah.or.id
Penulis: Fatihdaya Khairani
Murajaah: Ust. Ammi Nur Baits Maraji’:
  1. Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul Falah, Jakarta.
  2. Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” sampai “Z”), Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdirrazzak, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan ke-4, Bogor, 2006.
  3. Bersanding Dengan Bidadari di Surga, Dr.Muhamamd bin Ibrahim An-Naim, Daar An Naba’, Cetakan Pertama, Surakarta, 2007.
  4. Mengintip Indahnya Surga, Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Aqwam, Cetakan Pertama, Solo, 2008.
  5. Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul falah, Cetakan ke-11, Jakarta, 2003.
  6. Majelis Bulan Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan ke-2, Jakarta, 2007.
  7. Bidadari Surga Agar Engkau Lebih Mulia Darinya, ‘Itisham Ahmad Sharraf, IBS, Cetakan ke-3, Bandung 2008.

Sabtu

keluarnya MADZI tidak membatalkan puasa




Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Seperti kita ketahui bersama dalam beberapa penjelasan yang telah lewat di rumaysho.com bahwa jika seseorang mengeluarkan mani dengan sengaja atau mencumbu istrinya lantas keluar mani, maka puasanya batal. Namun sekarang masalahnya, bagaimana jika yang keluar cuma madzi? Apakah sama juga membatalkan puasa?
Bedakan Dulu Mani, Madzi dan Wadi
Sebagaimana dijelaskan oleh ulama Syafi’iyah, mani bisa dibedakan dari madzi dan wadi dengan melihat ciri-ciri mani yaitu: (1) baunya khas seperti bau adonan roti ketika basah dan seperti bau telur ketika kering, (2) keluarnya memancar, (3) keluarnya terasa nikmat dan mengakibatkan futur (lemas). Jika salah satu syarat sudah terpenuhi, maka cairan tersebut disebut mani. Wanita sama halnya dengan laki-laki dalam hal ini. Namun untuk wanita tidak disyaratkan air mani tersebut memancar sebagaimana disebutkan oleh An Nawawi dalam Syarh Muslim dan diikuti oleh Ibnu Sholah.[1] Ada ciri-ciri lainnya yang disebutkan oleh para ulama, yaitu cairan mani itu tebal mirip wadi.[2]
Wadi adalah sesuatu yang keluar sesudah kencing pada umumnya, berwarna putih, tebal mirip mani, namun berbeda kekeruhannya dengan mani. Wadi tidak memiliki bau yang khas.
Sedangkan madzi adalah cairan berwarna putih, tipis, lengket, keluar ketika bercumbu rayu atau ketika membayangkan jima' (bersetubuh) atau ketika berkeinginan untuk jima'. Madzi tidak menyebabkan lemas dan terkadang keluar tanpa terasa yaitu keluar ketika muqoddimah syahwat. Laki-laki dan perempuan sama-sama bisa memiliki madzi.[3]
Mani itu suci, sedangkan madzi dan wadi itu najis. Jika keluar mani, wajib untuk mandi. Sedangkan jika yang keluar adalah madzi dan wadi, cukup berwudhu.
Mencumbu Istri Lantas Keluar Mani
An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa bercumbu atau mencium istri tidak membatalkan puasa selama tidak keluar mani”.[4]
Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah disebutkan, “Jika seorang yang berpuasa mencium istirnya lantas keluar mani, maka batal puasanya karena maninya keluar dengan jalan mencumbu. Mencumbu di sini hampir mirip dengan jima’ (berhubungan badan) karena sama-sama menunaikan syahwat.”[5]
Keluar Madzi Ketika Puasa
Lantas bagaimana ketika mencumbu istri, lantas yang keluar adalah madzi?
An Nawawi rahimahullah mengatakan,
لو قبل امرأة وتلذذ فأمذى ولم يمن لم يفطر عندنا بلا خلاف
“Jika seseorang mencium istrinya dan terasa nikmat, lantas keluar madzi dan bukan mani, maka puasanya tidak batal. Inilah pendapat kami, ulama Syafi’iyah, tanpa ada perselisihan sama sekali di antara kami.”[6]
Dalam Al Ikhtiyarot, Ibnu Taimiyah rahimahullah berpendapat,
ولا يفطر بمذي بسبب قبلة أو لمس أو تكرار نظر وهو قول أبي حنيفة والشافعي وبعض أصحابنا
“Puasa tidaklah batal jika keluar madzi karena sebab mencium, menyentuh atau berulang kali memandang istri. Inilah pendapat Abu Hanifah, Asy Syafi’i dan sebagian ulama Hambali.”[7]
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Bagaimana dengan seseorang yang mencumbu istrinya sedangkan ia dalam keadaan berpuasa, lantas keluar madzi? Apa hukum puasanya?”
Jawab beliau rahimahullah, “Jika seseorang mencumbu istrinya lantas keluar madzi, puasanya tetap sah. Dia sama sekali tidak kena hukuman apa pun. Inilah pendapat terkuat menurut kami dari berbagai pendapat ulama yang ada. Alasannya, karena tidak adanya dalil yang menunjukkan bahwa keluarnya madzi membatalkan puasa. Dan tidak tepat dimisalkan dengan mani. Karena madzi masih lebih ringan dibanding mani. Pendapat ini juga dipilih dalam madzhab Syafi’i, Abu Hanifah dan dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Disebutkan dalam Al Furu’, “Inilah pendapat terkuat”. Begitu pula disebutkan dalam Al Inshof, “Inilah pendapat yang tepat”.”[8]
Jadi kesimpulannya, jika seseorang mencumbu istri lantas yang keluar madzi, maka puasanya tetap sah. Jika keluar mani saat mencumbu istri, para ulama sepakat puasanya batal.



Demi sajian singkat yang bisa kami sampaikan. Artikel ini adalah sebagai jawaban dari beberapa pertanyaan yang sampai pada kami. Semoga bermanfaat.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.


Diselesaikan di Panggang-GK, 12 Ramadhan 1431 H (21 Agustus 2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

[1] Lihat Kifayatul Akhyar fii Halli Ghoyatil Ikhtishor, Taqiyuddin Abu Bakr Asy Syafi’i, hal. 64, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, tahun 1422 H.
[2] Sebagaimana dijelaskan dalam fatwa Al Lajnah Ad Daimah ketika menjelaskan wadi dan madzi.
[3] Lihat Fatawa Al Lajnah Ad Da-imah lil Buhuts 'Ilmiyyah wal Ifta', 5/383, pertanyaan kedua dari fatwa no.4262, Mawqi' Al Ifta'
[4] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/215.
[5] Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, index “Mani”, point 8, 2/14565
[6] Al Majmu’, Yahya bin Syarf An Nawawi, Mawqi’ Ya’sub, 6/323.
[7] Al Ikhtiyarot, Ibnu Taimiyah, Asy Syamilah, hal. 96.
[8] Majmu’ Fatawa Ibni ‘Utsaimin, 19/236.


Jumat

PUASA KARENA IMAN & TAQWA



"Barangsiapa berpuasa karena iman dan ikhlas, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni."
Kalimat di atas adalah kutipan dari hadits Abu Hurairah di mana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud karena iman adalah membenarkan wajibnya puasa dan ganjaran dari Allah ketika seseorang berpuasa dan melaksanakan qiyam ramadhan. Sedangkan yang dimaksud “ihtisaban” adalah menginginkan pahala Allah dengan puasa tersebut dan senantiasa mengharap wajah-Nya." (Syarh Al Bukhari libni Baththol, 7: 22). Intinya, puasa yang dilandasi iman dan ikhlas itulah yang menuai balasan pengampunan dosa yang telah lalu.
Salah seorang ulama di kota Riyadh, Syaikh 'Ali bin Yahya Al Haddady hafizhohullah memberikan faedah tentang hadits di atas:
1. Amalan yang dilakukan seseorang tidaklah manfaat sampai ia beriman kepada Allah dan mengharapkan pahala dari Allah (baca: ikhlas). Jika seseorang melakukan amalan tanpa ada dasar iman seperti kelakuan orang munafik atau ia melakukannya dalam rangka riya' )(ingin dilihat orang lain) atau sum'ah (ingin didengar orang lain) sebagaimana orang yang riya', maka yang diperoleh adalah rasa capek dan lelah saja. Kita berlindungi pada Allah dari yang demikian.
2. Sebagaimana orang yang beramal akan mendapatkan pahala dan ganjaran, maka merupakan karunia Allah ia pun mendapatkan anugerah pengampunan dosa -selama ia menjauhi dosa besar-.
3. Keutamaan puasa Ramadhan bagi orang yang berpuasa dengan jujur dan ikhlas adalah ia akan memperoleh pengampunan dosa yang telah lalu sebagai tambahan dari pahala besar yang tak hingga yang ia peroleh.
4. Sebagaimana ditunjukkan dalam hadits yang lain, pengampunan dosa yang dimaksudkan di sini adalah pengampunan dosa kecil. Adapun pengampunan dosa besar maka itu butuh pada taubat yang khusus sebagaimana diterangkan dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Di antara shalat yang lima waktu, di antara Jum'at yang satu dan Jum'at yang berikutnya, di antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, maka itu akan menghapuskan dosa di antara dua waktu tadi selama seseorang menjauhi dosa besar." (HR. Muslim).
[Sumber: http://haddady.com/ra_page_views.php?id=311&page=19&main=7]
Semoga amalan puasa kita bisa membuahkan pengampunan dosa yang telah lalu.

Wallahu waliyyut taufiq.

Kotagede, 24 Sya'ban 1432 H (26/07/2011)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

MENCIUM ISTRI KETIKA BERPUASA

  Bismillahirokhmaanirrokhiim,...

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan syariat yang sempurna kepada umatnya. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Apakah boleh saling mencumbu antara suami istri saat puasa? Bolehkah pula seorang suami mencium istrinya di siang hari berpuasa? Bahasan ini semoga bisa memberikan jawaban.
Orang yang berpuasa dibolehkan bercumbu dengan istrinya selama tidak di kemaluan dan selama terhindar dari terjerumus pada hal yang terlarang. Puasanya tidak batal selama tidak keluar mani.[1] An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa bercumbu atau mencium istri tidak membatalkan puasa selama tidak keluar mani”.[2]
Dalil-dalil berikut menunjukkan bolehnya bercumbu dengan istri ketika berpuasa sebagaimana dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beberapa sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ ، وَهُوَ صَائِمٌ ، وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لإِرْبِهِ .
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mencium dan mencumbu istrinya sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan berpuasa. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan demikian karena beliau adalah orang yang paling kuat menahan syahwatnya.[3]
Dari Jabir bin ‘Abdillah, dari ‘Umar Bin Al Khaththab, beliau berkata,
هَشَشْتُ يَوْما فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْراً عَظِيماً قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتَ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ ». قُلْتُ لاَ بَأْسَ بِذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَفِيمَ »
“Pada suatu hari aku rindu dan hasratku muncul kemudian aku mencium istriku padahal aku sedang berpuasa, maka aku datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku berkata, "Hari ini aku melakukan suatu kesalahan besar, aku telah mencium istriku padahal sedang berpuasa" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, "Bagaimana pendapatmu jika kamu berpuasa kemudian berkumur-kumur?" Aku menjawab, "Seperti itu tidak mengapa." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lalu apa masalahnya?"[4]
Masyruq pernah bertanya pada ‘Aisyah,
مَا يَحِلُّ لِلرَّجُلِ مِنْ اِمْرَأَته صَائِمًا ؟ قَالَتْ كُلُّ شَيْء إِلَّا الْجِمَاعَ
Apa yang dibolehkan bagi seseorang terhadap istrinya ketika puasa? ‘Aisyah menjawab, ‘Segala sesuatu selain jima’ (bersetubuh)’.[5]
Apakah yang tua dan muda boleh mencumbu (mubasyaroh) atau mencumbu istrinya ketika puasa?
An Nawawi berkata, “Adapun orang yang bergejolak syahwatnya, maka haram baginya melakukan semacam ini, menurut pendapat yang paling kuat dari Syafi’iyah. Ada pula yang mengatakan bahwa hal semacam ini dimakruhkan yaitu makruh tanzih (tidak sampai haram).
Sedangkan Al Qodhi mengatakan, “Sekelompok sahabat, tabi’in, Ahmad, Ishaq dan Daud membolehkan secara mutlak bagi orang yang berpuasa untuk melakukan semacam ini. Adapun Imam Malik memakruhkan hal ini secara mutlak. Ibnu Abbas, Imam Abu Hanifah, Ats Tsauriy, Al Auza’i dan Imam Asy Syafi’i melarang hal ini bagi pasangan muda dan dibolehkan bagi yang sudah berusia senja. Pendapat terakhir ini juga merupakan salah satu pendapat dari Imam Malik. Ibnu Wahb meriwayatkan dari Malik rahimahullah tentang bolehnya hal ini ketika melakukan puasa sunnah dan tidak bolehkan ketika melakukan puasa wajib.
Namun, mereka bersepakat bahwa melakukan semacam ini tidak membatalkan puasa kecuali jika keluar air mani ketika bercumbu. Para ulama tersebut berdalil dengan hadits yang sudah masyhur dalam kitab Sunan yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Bagaimana pendapatmu seandainya engkau berkumur-kumur?’ Makna hadits tersebut: Berkumur-kumur adalah muqodimah dari minum. Kalian telah mengetahui bahwa melakukan hal tersebut tidaklah membatalkan puasa. Begitu pula dengan mencium istri adalah muqoddimah dari jima’ (bersetubuh), juga tidak membatalkan puasa.”[6]
Kesimpulan
Pendapat yang lebih hati-hati, jika memang yakin tidak bisa menahan syahwat, maka sebaiknya tidak mencumbu istri. Masih ada waktu yang begitu longgar di malam hari. Namun jika yakin mampu menahan syahwat, maka tidak apa-apa mencumbu istri. Tetapi dengan catatan, puasanya batal jika mencumbu istri lantas keluar mani. Jika keluarnya hanya madzi, maka tidak batal puasanya menurut pendapat paling kuat di antara para ulama sebagaimana hal ini pernah kami sampaikan.
Semoga sajian singkat ini bermanfaat. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.



[1] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/13123 dan Shahih Fiqh Sunnah, 2/110-111.
[2] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/215.
[3] HR. Bukhari no. 1927 dan Muslim no. 1106.
[4] HR. Ahmad 1/21. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim.
[5] Riwayat ini disebutkan dalam Fathul Bari (4/149), dikeluarkan oleh ‘Abdur Rozaq dengan sanad yang shahih.
[6] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, cetakan kedua, 1392, 7/215


Disusun ulang di Panggang-GK, 13 Ramadhan 1431 H (22 Agustus 2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://www.rumaysho.com/

 

Rabu

~** Muslimah di bulan Ramadhan **~

 




Bismillah,.....
Saudariku muslimah…jika bulan ramadhan tiba maka sebagian wanita bersungguh-sungguh beribadah di hari-hari pertama namun kemudian merekapun melemah sedikit demi sedikit. Ada diantara mereka yang sibuk di dapur sepanjang hari. Ada juga yang menghabiskan waktu dengan leha-leha tiada guna. Semuanya terjadi karena tidak adanya program harian yang terencana. Untuk itu program yang ringkas ini disajikan dalam rangka mengamalkan sabda Nabi shallallahu’aliahi wasallam (dalam hadits ilahi),
يقول الله تعالى من تقرب إلي شبراً تقربت إليه ذراعاً ومن تقرب إلي ذراعاً تقربت إليه باعاً وإن أقبل إلي يمشي أقبلت إليه أهرول ) صحيح
“Allah Ta’ala tela berfirman, ’Barangsiapa yang mendekatkan diri kepadaKu sejauh satu jengkal maka Aku mendekatinya satu hasta. Dan barangsiapa yang mendekatkan diri kepadaku satu hasta maka Aku mendekatinya satu depa. Jika dia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku mendatanginya dengan berlari.’”Shahih [1]
Program kegiatan yang diusulkan setelah terbit fajar
  • Mengikuti bacaan muadzin (adzan subuh) kemudian berdoa setelah adzan.
  • Melakukan shalat sunnah subuh dua rakaat.
  • Memperbanyak doa setelah shalat sunah.
  • Melakukan shalat subuh dengan penuh semangat dan kekhusukan.
  • Duduk di tempat dimana ia shalat dan mengisinya dengan dzikir pagi serta membaca Al-Qur’an satu juz atau lebih.
  • Shalat dua raka’at setelah terbit matahari.
Program kegiatan yang diusulkan setelah matahari terbit
  • Tidur dengan mengharap pahala karenanya.
  • Pergi bekerja ataupun belajar dengan mengharapkan pahala atasnya.
  • Memperbanyak dzikir kepada Allah Ta’ala di sepanjang hari.
  • Menjauhi perbutan sia-si serta menjaga lisan untuk tidak menggosip.
Program kegiatan yang diusulkan di siang hari
  • Mengikuti bacaan muadzin (adzan zuhur)kemudian berdoa setelah adzan.
  • Melakukan shalat sunnah rawatib sebelum zuhur (shalat sunnah qabliyah) empat raka’at dengan dua raka’at salam dua rakaat salam.
  • Melaksanakan shalat zuhur.
  • Melakukan shalat sunnah rawatib setelah zuhur sebayak dua raka’at.
  • Mempersiapkan hidangan berbuka.
  • Tidur siang (Qailulah) barang sebentar tidaklah megapa tentunya dengan mengharapkan pahala atasnya.
Program kegiatan yang diusulkan di sore hari
  • Mengikuti bacaan muadzin (adzan Asar) kemudian berdoa setelahnya.
  • Melakukan shalat sunnah qabliyah empat raka’at (dua raka’at salam dua rka’at salam).
  • Melakukan shalat Asar.
  • Membaca Al-Qur’an satu juz atau lebih.
  • Dzikir di sore hari.
  • Memenyiapkan hidangan berbuka tanpa berlebihan dan membantu Ibu (memasak di dapur).
  • Memperbanyak doa sebelum berbuka.
  • Berwudhu dan bersiap-siap melaksanakan shalat maghrib.
Rencana kegiatan di saat matahari tenggelam
  • Berbuka puasa dengan kurma basah, kurma kering atau minum air.
  • Mengikuti bacaan muadzin (adzan Maghrib) kemudian berdoa (doa setelah adzan).
  • Melaksanakan shalat Maghrib.
  • Melaksanakan shalat sunnah rawatib (setelah shalat maghrib) dua raka’at.
  • Berkumpul bersama orang sekitar (keluarga, teman dll -pen) untuk menyantap hidangan berbuka dengan penuh syukur atas nikmat Allah yang telah menyempurnakan puasanya hari ini.
  • Bersiap-siap melakukan shalat ‘Isya dan Tarawih di masjid (dengan syarat aman dari fitnah -pen)dengan memperbaharui wudhunya.
  • Jika (seorang muslimah) hendak mengerjakan shalat di masjid maka janganlah ia bertabarruj (berhias) dan memakai wewangian.
Program kegiatan yang diusulkan di waktu ‘Isya
  • Mengikuti bacaan muadzin (adzan ‘Isya) kemudian berdoa setelah adzan.
  • Melaksanakan shalat ‘Isya di masjid dengan penuh semangat dan konsentrasi.
  • Melaksanakan dua rak’at shalat sunnah rawatib.
  • Melaksanakan shalat sunnah tarawih secara sempurna di masjid.
  • Membaca Al-Qur’an satu bagian atau lebih.
  • Jika shalat Tarawih telah selesai bisa dilakukan salah satu kegiatan berikut: pertemuan keluarga, menyambung silaturrahmi, ngobrol tentang permasalahan Ramadhan, berdakwah via internet atau sarana lainnya, belajar ataupun menghafal Al-Qur’an.
  • Tidur diawal waktu serta tidak begadang.
Program kegiatan yang diusulkan di sepertiga malam terakhir
  • Bangun tidur sebelum terbit fajar.
  • Melaksanakan shalat tahajjud meskipun hanya dua raka’at dengan memperpanjang rukuk dan sujud. Serta melakukannya secara berjama’ah dimasjid (dengan syarat aman dari fitnah -pen)di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
  • Membaca Al-Qur’an satu juz atau lebih.
  • Mempersiapkan hidangan sahur tanpa berlebihan dengan menghadirkan niat untuk beribadah kepada Allah serta meneladani sunnah.
  • Duduk untuk berdoa dan memperbanyak istighfar samapai adzan subuh.
Akhir kata…
Maka sudah selayaknya kita mengambil semua hari-hari di bulan Ramdhan yang penuh berkah ini. Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata,
ما ندمت على شيء ندمي على يوم غربت شمسه ، نقص فيه أجلي ولم يزدد فيه عملي
“Tidak ada sesuatu yang paling aku sesalkan daripada penyesalanku pada hari disaat matahari tenggelam dimana jatah umurku berkurang sementara tidak bertambah amalku”. (Disebutkan di “Mausu’ah ad-Difa’ ‘an Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, karya : Ali bin Nayif as-Syahud -ed).
Maka untuk itu wahai saudariku muslimah, jika Engkau mampu melakukan agar tidak ada seorang pun yang mendahuluimu (dalam kebaikan) untuk beribadah kepada Allah maka lakukanlah! Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
رغم أنف رجل دخل عليه شهر رمضان ثم انسلخ قبل أن يغفر له
“Sungguh sangat terhina diri seseorang yang menjumpai bulan Ramadhan namun ia tidak diampuni tatkala bulan mulia tersebut telah berlalu.”HR. Tirmidzi [2]
Penyusun ,
Hamba yang sangat butuh akan ampunan Rabnya
Fayus Hamud Al-‘Inzi
Sumber: http://saaid.net/mktarat/ramadan/442.htm
Penerjemah: Tim penerjemah Muslimah.or.id
Murajaah: Ust Ammi Nur Baits
Catatan Redaksi:
[1] HR. Bukhari dan Muslim.
[2] Hadits Hasan Shahih. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi (no. 3545). Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At-Tirmidzi, Maktabah Asy-Syamilah.

Selasa

~** Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Di Bulan Ramadhan **~


Oleh
Syaikh Dr Muhammad Musa Alu Nashr


Tamu agung nan penuh barakah akan kembali mendatangi kita. Kedatangannya yang terhitung jarang, hanya sekali dalam setahun menumbuhkan kerinduan mendalam di hati kaum Muslimin. Leher memanjang dan mata nanar memandang sementara hati berdegup kencang menunggu kapan gerangan hilalnya terbit.

Itulah Ramadhân, bulan yang sangat dikenal dan benar-benar ditunggu kehadirannya oleh kaum Muslimin.

Kemuliaanya diabadikan dalam al-Qur'ân dan melalui untaian-untaian sabda Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allâh Azza wa Jalla menjadikannya sarat dengan kebaikan, mulai dari awal Ramadhan sampai akhir. Allâh Azza wa Jalla berfirman

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)".[al-Baqarah/2:185]

Jiwa yang terpenuhi dengan keimanan tentu akan segera mempersiapkan diri untuk meraih keutamaan serta keberkahan yang yang ada didalamnya.

Pada bulan ini Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur'ân. Seandainya bulan Ramadhan tidak memiliki keutamaan lain selain turunnya al-Qur'ân maka itu sudah lebih dari cukup. Lalu bagaimana bila ditambah lagi dengan berbagai keutamaan lainnya, seperti pengampunan dosa, peninggian derajat kaum Mukminin, pahala semua kebaikan dilipatgandakan, dan pada setiap malam Ramadhan, Allah Azza wa Jalla membebaskan banyak jiwa dari api neraka.

Pada bulan mulia ini, pintu-pintu Surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat, setan-setan juga dibelenggu. Pada bulan ini juga ada dua malaikat yang turun dan berseru, "Wahai para pencari kebaikan, sambutlah ! Wahai para pencari kejelekan, berhentilah !"

Pada bulan Ramadhân terdapat satu malam yang lebih utama dari seribu bulan. Orang yang tidak mendapatkannya berarti dia terhalang dari kebaikan yang sangat banyak.

Mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia dalam melakukan ketaatan adalah hal yang sangat urgen, terlebih pada bulan Ramadhan. Karena amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba tidak akan diterima kecuali jika dia ikhlash dan mengikuti petunjuk Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jadi, keduanya merupakan rukun diterimanya amal shalih. Keduanya ibarat dua sayap yang saling melengkapi. Seekor burung tidak bisa terbang dengan menggunakan satu sayap.

Melalui naskah ringkas ini, marilah kita berusaha untuk mempelajari prilaku Rasûlullâh di bulan Ramadhân agar kita bisa meneladaninya. Karena orang yang tidak berada diatas petunjuk Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam di dunia dia tidak akan bisa bersama beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di akhirat. Kebahagiaan tertinggi akan bisa diraih oleh seseorang ketika ia mengikuti petunjuk Rasûlullâh secara lahir dan batin. Dan seseorang tidak akan bisa mengikuti Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali dengan ilmu yang bermanfaat. Ilmu itu tidak akan disebut bermanfaat kecuali bila diiringi dengan amalan yang shalih. Jadi amalan shalih merupakan buah ilmu yang bermanfaat.

Dibawah ini adalah beberapa kebiasaan dan petunjuk Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhân :

a). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak akan memulai puasa kecuali jika beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang yang bisa dipercaya tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan bilangan Sya'bân menjadi tiga puluh.

b). Berita tentang terbitnya hilal tetap beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terima sekalipun dari satu orang dengan catatan orang tersebut bisa dipercaya. Ini menunjukan bahwa khabar ahad bisa diterima.

c). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang umatnya mengawali Ramadhân dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali puasa yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. Oleh karena itu, beliau n melarang umatnya berpuasa pada hari Syak (yaitu hari yang masih diragukan, apakah sudah tanggal satu Ramadhan ataukah masih tanggal 30 Sya'bân-red)

d). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam berniat untuk melakukan puasa saat malam sebelum terbit fajar dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh umatnya untuk melakukan hal yang sama. Hukum ini hanya berlaku untuk puasa-puasa wajib, tidak untuk puasa sunat.

e). Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memulai puasa sampai benar-benar terlihat fajar shadiq dengan jelas. Ini dalam rangka merealisasikan firman Allâh Azza wa Jalla :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

"Dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar". [al-Baqarah/2:187]

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada umatnya bahwa fajar itu ada dua macam fajar shâdiq dan kâdzib. Fajar kadzib tidak menghalangi seseorang untuk makan, minum, atau menggauli istri. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah ekstrem kepada umatnya, baik pada bulan Ramadhân ataupun bulan lainnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mensyari'atkan adzan (pemberitahuan) tentang imsak.

f). Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

"Umatku senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka"

g). Jarak antara sahur Rasûlullâh dan iqâmah seukuran bacaan lima puluh ayat

h). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Bagaimana tidak, akhlak beliau adalah al-Qur'ân, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah Radhiyallahu 'anha. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkan umatnya untuk berakhlak mulia, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah berpuasa. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkatan dan perbuatan dusta, maka tidak membutuhkan puasanya sama sekali".

i). Rasûlullâh sangat memperhatikan muamalah yang baik dengan keluarganya. Pada bulan Ramadhân, kebaikan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada keluarga semakin meningkat lagi.

j). Puasa tidak menghalangi beliau untuk sekedar memberikan kecupan manis kepada para istrinya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya.

k). Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak meninggalkan siwak, baik di bulan Ramadhân maupun diluar Ramadhân guna membersihkan mulutnya dan upaya meraih keridhaan Allâh Azza wa Jalla.

l). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berbekam padahal beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang menunaikan ibadah puasa. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membolehkan umatnya untuk berbekam sekalipun sedang berpuasa. Pendapat yang kontra dengan ini berarti mansukh (telah dihapus).

m). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berjihad pada bulan Ramadhân dan menyuruh para shahabatnya untuk membatalkan puasa mereka supaya kuat saat berhadapan dengan musuh.

Diantara bukti Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam sayang kepada umatnya yaitu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang sakit dan oranng yang lanjut usia serta wanita hamil dan menyusui untuk membatalkan puasanya.

n). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah pada bulan Ramadhân bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân untuk mencari lailatul qadr.

o). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân kecuali pada tahun menjelang wafat, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf selama dua puluh hari. Ketika beri'tikaf, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu dalam keadaan berpuasa

p). Ramadhân adalah syahrul Qur'ân (bulan al-Qur'ân), sehingga tadarus al-Qur'ân menjadi rutinitas beliau, bahkan tidak ada seorangpun yang sanggup menandingi kesungguh-sungguhan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam tadarus al-Qur'ân. Malaikat Jibril Alaihissallam senantiasa datang menemui beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk tadarus al-Qur'ân dengan Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam.

q). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadhân tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kedermawanan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ibarat angin yang bertiup membawa kebaikan, tidak takut kekurangan sama sekali.

r). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang mujahid sejati. Ibadah puasa yang sedang beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam jalankan tidak menyurutkan semangat beliau untuk andil dalam berbagai peperangan. Dalam rentang waktu sembilan tahun, beliau mengikuti enam pertempuran, semuanya terjadi pada bulan Ramadhân. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga melakukan berbagai kegiatan fisik pada bulan Ramadhân, seperti penghancuran masjid dhirâr [1], penghancuran berhala-berhala milik orang Arab, penyambutan duta-duta, penaklukan kota Makkah, bahkan pernikahan beliau dengan Hafshah

Intinya, pada masa hidup Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, bulan Ramadhân merupakan bulan yang penuh dengan keseriusan, perjuangan dan pengorbanan. Ini sangat berbeda dengan realita sebagian kaum Muslimin saat ini yang memandang bulan Ramadhân sebagai saat bersantai, malas-malasan atau bahkan bulan menganggur atau istirahat.

Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita untuk selalu mengikuti jejak Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, hidup kita diatas sunnah dan semoga Allah Azza wa Jalla mewafatkan kita juga dalam keadaan mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. Masjid yang dibangun oleh kaum munafik untuk memecah belah kaum Muslimin

Kamis

OASE RAMADHAN menyehatkan jiwa yg LARA



Ramadhan, ia menjanjikan pelbagai keistimewaan dan tawaran.
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.
Semboyan sedang bergema. Suasananya kian terasa.
Saya benar-benar teruja sepenuh hati  akan kehangatan Ramadhan tahun ini. Sungguh!

Menanti oasis yang menyejukan jiwa.
Menghilangkan dahaga.
Dan, memberikan kebahagian dan ketenangan sanubari.

Bagi saya, Ramadhan juga umpama oasis. Di saat, melalui kehidupan yang meletihkan dan memenatkan. Ramadhan akan merehatkan jiwa dengan siraman air yang dingin. Kering tekak yang sangat dahagakan air akan hilang dengan tegukan air Ramadhan yang sejuk.
Sesejuk salju  putih.
Terbayangkan keindahan, kenikmatan dan keasyikannya.
Kedamaiannya, kebahagiaannya dan suasananya yang lain dari yang lain.
Terasa sangat. Anda bagaimana?

Sedarkah kita ?

Ia benar-benar menghampiri kita. Sedarkah kalian?
Semalam, ketika sesi membaca Al-Quran dengan seorang Ustaz di tempat saya berkerja ( KTD menyediakan seorang Ustaz al-Hafiz untuk kami memperbaiki dan memperhalusi lagi bacaan Al-Quran. Setiap Isnin, Selasa dan Rabu – Bermula sekitar jam 10 pagi sehingga 12 tengahari ia sesi untuk membaca Al-Quran bagi yang terluang.) – beliau telah memberikan satu kata-kata yang membangkitkan jiwa saya.
“ Kalau hendak fasih Al-Quran, anta kena memperbanyakan bacaan Al-Quran. Nanti sudah di Bulan Ramadhan, anta kena selalu dan sentiasa baca Al-Quran.”
“ Hidupkan hati dengan Al-Quran, InsyaAllah. Lama kelamaan, lidah anta serasi dan fasih dengan kalimah-kalimah Al-Quran,” Katanya lagi.
Teruja sekali. Mendapat suatu sarana daripada seorang Ustaz. Saya benar-benar sukakan nasihat sedemikian. Ramadhan, ia memanggil-manggil saya.
Sebelah petangnya pula,  saya menghadiri mesyuarat pengurusan dan majlis itu dimulakan dengan sesi Tazkirah oleh Ketua Eksekutif kami, Dr Abdullah Sudin Ab Rahman. Tazkirah menjadi suatu kewajipan dalam setiap pertemuan, perjumpaan dan mesyuarat di kolej saya. Alhamdulillah, ia adalah suatu permulaan yang sangat baik untuk kami sebelum memulakan apa-apa perbincangan dan sebagainya.
Dan, tazkirah yang disampaikan oleh Dr Abdullah sangat sesuai dan harmoni dengan jiwa saya saat ini. Ia menyentuh soal – “ Persiapan dan persediaan Ramadhan!.” Tips-tips yang diberikan oleh beliau, saya catat dengan penuh sukacita. Gembira! – Ada peringatan yang sangat bermakna.
Ramadhan, ia melambai-lambai penuh keasyikan kepada hati saya. Saya semakin teruja untuk mejejakinya.
Sebelah malamnya pula, saya bersama-sama adik-adik PESAT (Program Sahsiah Terpuji) yang saya kendalikan setiap minggu. Saya begitu seronok melihat wajah-wajah mereka yang sentiasa bersemangat dan memberikan komitmen yang tinggi untuk bersama-sama menghidupkan majlis-majlis ilmu kami. Saya telah berkongsi kepada mereka berkaitan mindsetting perjalanan program PESAT minggu ini dan – dengan kesempatan itu – saya berbicara soal Ramadhan dan kesediaan kita melaluinya.
“ Antum sedar atau tidak, Ramadhan hanya tinggal lebih kurang 2 minggu sahaja lagi,” Saya memulakan bicara.
“ Tanya jiwa dan hati masing-masing. Adakah kita semua bersedia untuk melalui Ramadhan ini dengan penuh keimanan, ketaqwaan, keindahan, kebahagiaan dan kegembiraan?,” Soalan itu terus menerus berlegar-legar di minda saya sebelum dilontarkan kepada adik-adik PESAT saya.
Ramadhan, jiwa saya kian merinduinya.
“ Marilah sama-sama kita meletakan keazaman dan tekad bahawa Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terbaik dalam sepanjang sejarah kehidupan kita,” Saya mengajak mereka untuk meletakan mindsetting yang jelas berkaitan Ramadhan. Bukan untuk mereka sahaja, tetapi buat diri ini juga.

Perkara yang TERPENTING
“ Ada suatu perkara yang sangat penting yang mesti kita lakukan sebelum memasuki Ramadhan,” Ujar saya.
Semua mata-mata tertumpu padu kepada saya.
Perkara ini sangat-sangat penting, bahkan ramai di kalangan kita mengabaikannya sebelum memasuki Ramadhan.
“ Sebelum melangkah pada 1 Ramadhan, kita harus memperbaharui dan memperbanyakan taubat kita kepada Allah SWT. Ia sangat-sangat penting!,” Saya melanjutkan bicara.

T A U B A T
Ya. Taubat.
Memohon keampunan, kemaafan dan rayuan belas ihsan kepada Allah SWT terhadap segala kesalahan, kesilapan, dosa-dosa-dosa, maksiat-maksiat-maksiat dan noda-noda-noda yang kita lakukan sebelum ini.
Tanyakan kepada jiwa kita secara jujur. Betapa hitam, kotor, jijik dan lukanya hati kita. Bintik-bintik hitam yang memenuhi permukaan hati kita yang kian pekat kehitamannya.

Semuanya, kesan daripada dosa-dosa-dosa yang kita lazimi.
Semuanya, berpuncanya daripada noda-noda-noda yang kita sukai.
Semuanya, bersumber daripada maksiat-maksiat-maksiat yang kita cintai.
Hati kotor, hitam dan jijik – tidak akan merasai kemanisan serta keindahan Ramadhan. Malang sungguh, bagi mereka-mereka yang melalui Ramadhan, tetapi tidak merasai apa-apa.
Inilah persediaan yang paling UTAMA untuk menjejaki Ramadhan. Kita bagaimana?
Jika inilah yang kita lakukan untuk bersiap siaga menghadapi Ramadhan, saya benar-benar yakin kita akan bersemangat untuk memasuki Ramadhan.
Terasa akan sesuatu booster yang menolak kita untuk bergerak melakukan sesuatu untuk Ramadhan.
Bahkan, diri kita terasa ringan untuk melakukan segala kebaikan untuk mempertingkatkan diri.

Kelebihan-kelebihan  Ramadhan
Bagi membangkitkan lagi perasaan kita untuk bersiap siaga untuk menghadapi Ramadhan, marilah sama-sama kita semak ayat-ayat Al-Quran dan hadis yang membicarakan tentang kelebihan Ramadhan. Mudahan-mudahan kita terus bersemangat untuk Ramadhan! Moga-moga kita terasa ringan untuk warming up untuk mengejar piala taqwa.

Pertama : Ramadhan, ia Bulan Al-Quran
Di antara kelebihan dan keistimewaan bulan Ramadhan itu Allah Subhanahu wa Ta‘ala telah menurunkan kitab suciNya (Al-Qur’an) yang menjadi petunjuk bagi manusia. Firman Allah SWT :
“(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk, dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah.”
(Surah Al-Baqarah 2 : 185)
Inilah intipati dan agenda utama di dalam Bulan Ramadhan. Kita harus mendekati, berdampingan dan hampir dengan Al-Quran. Sepanjang masa dengan Al-Quran. Seorang sahabat saya yang dahulunya belajar di timur tengah menceritakan pengalaman ketika berada di bulan Ramadhan di sana. Katanya :
“ Suasana Ramadhan dengan Al-Quran benar-benar hidup di sana. Bayangkan, di dalam bas semua orang sibuk menatap, membaca dan memegang Al-Quran. Suasana yang sangat menyentuh hati!.”
Bayangkan!

Kedua : Ramadhan, bulan Syaitan dibelenggu
Abu Hurairah menyatakan : Telah bersabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : Apabila telah tibanya Ramadhan, dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup segala pintu neraka dan diikat segala syaitan.
( Hadis diriwayatkan  oleh imam Bukhari, Muslim, Nasai’e, Ahmad dan Baihaqi)
Syaitan, diikat, terhalang untuk melakukan kerja-kerjanya yang asasi. Saat itu, kita hanya bertarung dengan tuntutan dan tarikan hawa nafsu. Jika berjaya, kita akan menjadi insan mulia. Namun, jika kalah dalam bertarung dengan nafsu, kita adalah manusia yang tercela!
Ketiga : Ramadhan, Bulan pengampunan dosa-dosa-doa
Daripada Abu Hurairah daripada Rasulullah S.A.W telah bersabda yang bermaksud : “ Sesiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan nescaya akan diampuninya segala dosanya yang telah lalu.”
( Diriwayat oleh Imam Nasai’e, Ibn majah, Ibn Habban dan Baihaqi)
Segala-gala dosa diampuni? MasyaAllah. Luar biasa tawaran dan offer ini. Tiada dimana-mana super market, gedung-gedung membeli belah dan pasar raya yang super hebat.
Syaratnya : penuh keimanan dan keikhlasan. Anda bagaimana? Tidakah ini suatu yang harus direbut peluangnya.

Keempat : Ramadhan, Bulan penebus dosa –dosa -dosa
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : “Sembahyang lima waktu, dan sembahyang Jumaat ke sembahyang Jumaat berikutnya, dan bulan Ramadhan ke bulan Ramadhan berikutnya adalah menjadi penebus dosa yang terjadi di antara waktu-waktu tadi, selama orang itu menjauhi dosa-dosa besar.”
(Hadis riwayat Muslim)
Banyaknya dosa-dosa kita. Sehingga, Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang sentiasa memberikankan peluang dan membuka peluang untuk menghapuskan dosa-dosa kita.  Terasa kerdilnya diri ini.
Teman-teman sekalian, lihat dan tanyakan kepada diri kalian?
Wahai diri, butakah kita akan hakikat semua ini?
Kelima : Ramadhan, Bulan Intensif Latihan Kesabaran

Rasulullah SAW bersabda :
Maksudnya : “Dia (bulan Ramadhan itu) ialah bulan kesabaran dan ganjaran kesabaran itu ialah masuk syurga.”

(Shahih Ibnu Khuzaimah)
Ketahuilah bahawa kesabaran itu pula ganjaran pahala tanpa perhitungan. Firman SWT yang bermaksud :

“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar sahaja yang akan disempurnakan pahala mereka dengan tidak terkira.”
( Surah Az-Zumar : 10)
Sabar – kalimah yang mudah meniti dibibir tetapi sukar terbit dalam keperibadian diri. Ramai orang suka berbicara tentang sabar, tetapi tidak ramai yang mampu bersabar dalam kesabaran. Kerana itu, latihannya harus intensif dan perlukan suasana yang khusus. Allah SWT, Sang Maha Pencipta menyediakan Ramadhan sebagai jalannya.
Ayuh, kita pupuk kesabaran di bulan yang mulia ini.

Penutup : Kibarkan semangat, agar ruh terus tertingkat!

Ayuh, gerakan panji-panji kita menuju ke lembah oasis yang menenangkan. Ia akan menghilangkan segala dahaga yang
memenatkan dan meletihkan.

Nantikan ketibaannya. Nantikan dengan jiwa yang bersedia!


© Langitilahi.com


" resent post "