Sabtu

ketika KERTAS PUTIH salah gores

 
ayah dan anakk.jpg




KETIKA KERTAS PUTIH ITU SALAH GORES
sebahagian besar isi dikutip dari sebuah artikel, kami hanya menambahkan

PROLOG
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau
kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka
sepertimu


Dari Abu Hurairah r.a. berkata :Rasulullah SAW bersabda : Tiada
seorang anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka
kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani dan
Majusi (HR.Muslim)

.......................................................



Menjelang istirahat di sebuah kursus pelatiahan, sang Motivator mengajak para
peserta untuk melakukan suatu permainan. " Siapakah orang yang paling
penting dalam kehidupan Anda ? ", tanyanya., lalu Motivator itu menunjuk
salah seorang wanita cantik bernama Nisa.

Nisa diminta maju menuliskan 20 nama orang yang paling berharga dalam
kehidupannya. Nisapun kemudian menuliskan 20 nama di papan tulis, ada nama
tetangga, teman belajar, saudara, orang tua dan orang-orang tercinta lainnya.

Kemudian sang motivator meminta mencoret satu nama yang dianggap kurang
penting, nisa mencoret nama tetangganya, lalu motivator itu menyilahkan
mencoret satu nama lagi yang kurang penting, sekarang Nisa mencoret nama teman belajarnya.

Begitu seterusnya sampai pada akhirnya di papan tulis tersisa 5 nama yaitu
Ayahnya, Ibunya, kakeknya, neneknya dan nama suaminya. Suasana kelas mendadak sunyi, semua peserta pelatihan memusatkan perhatian kepada sang Motivator, menebak-nebak intruksi selanjutnya dari sang motivator itu. Di tengah
keheningan sang motivator berkata " coret dua nama lagi ! ", dengan tangan gemetar Nisa dan gelisah diangkatnya spidol kemudian mencoret nama Ayah
dan Ibunya.

Seketika itu pun pecah isak tangis di kelas demikian juga Nisa yang
mengeluarkan buliran air mata membasahi pipinya seolah mengingat sesuatu yang cukup menyakitkan, kemudian dia coret juga nama kakek neneknya dan hanya tertinggal nama suaminya, lalu dia bergegas kembali ke tempat duduk karena tidak mampu menahan tangis.

Setelah suasana sedikit tenang, sang motivator itu lalu bertanya : " orang
yang berharga dalam hidup Anda bukan kedua orang tua Anda ? orang tua yang
melahirkan dan membesarkan Anda, kakek nenek yang mengasihi dan menyayangi Anda, sedangkan suami masih bisa dicari lagi apalagi Anda masih cukup muda.

Mengapa Anda memilh sosok suami sebagai orang yang paling berharga ? boleh Anda maju lagi menjelaskannya ! ".

Semua mata tertuju kepada Nisa, wanita cantik yang sekarang berada di depan
kelas, sambil terisak Nisa bercerita : " semenjak aku kecil sampai aku
dewasa tidak pernah aku rasakan ciuman cinta dari papa dan mamaku, yang aku

terima dari mama hanyalah cacian dan kata-kata yang menyakitkan, kamu bego,

kamu bodoh, tolol dan lain-lain, dan ketika aku masih usia SD sebuah putung rokok

papa mendarat di pahaku serta kekerasan fisik lain yang susah aku lupakan

sampai sekarang, bersyukur aku punya kakek nenek yang sangat menyayangiku

sebagai tumpuhan segala penderitaanku, namun sayang kakek meninggal sejak aku masih kecil sedangkan nenek tinggal cukup jauh dari rumahku ", mendadak
suasana kelas semakin gaduh dengan isak tangis demikian juga air mata Nisa yang semakin deras berjatuhan.

Setelah suasana tangis di kelas mereda, sang motivator kembali bertanya :
" lalu ada apa dengan suami Anda begitu berharga dalam hidup Anda ?
", Nisa tiba-tiba tersenyum, : " ketika hidupku diambang jurang
kehancuran dan nista, dia hadir memenuhi relung-relung jiwaku yang sudah sekian lama hampa, dia membimbingku dan menunjukkan jalan yang lurus, dia membangkitkan semangat belajarku yang telah punah dan mengantarku meraih gelar sarjana, dia memotivasi aku dan memberikan kepadaku Visi Hidup menuju sukses di masa depan,

Aku bersyukur bertemu dengan suami yang sangat perhatian dan selalu memahami problematikan hidupku, sehingga aku tidak lagi mendendam dengan kedua orang tuaku ".

Thank You Allah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

" resent post "